Saturday 17 December 2016

Makalah Uji Validitas (Pengertian dll)



A.    Validitas
1.      Pengertian
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Jadi pengujian validitas itu mengacu pada sejauh mana suatu instrument dalam menjalankan fungsi. Instrument dikatakan valid jika instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2006). Sebagai contoh ingin mengukur kemampuan siswa dalam matematika. Kemudian diberikan soal dengan kalimat yang panjang dan yang berbelit-belit sehingga sukar ditangkap maknanya. Akhimya siswa tidak dapat menjawab, akibat tidak memahami pertanyaannya. Contoh lain yaitu peneliti ingin mengukur kemampuan berbicara, tapi ditanya mengenai tata bahasa atau kesusastraan seperti puisi atau sajak. Pengukur tersebut tidak tepat (valid). Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan penelitian. Instrumen yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.

2.      Macam-macam Validitas
Menurut Sugiyono (2006) ada tiga jenis validitas yang sering digunakan dalam penyusunan instrumen, yaitu:
a.       Validitas isi
Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan instrumen mengukur isi yang harus diukur. Artinya, alat ukur tersebut mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Misalnya tes hasil belajar bidang studi IPS, harus bisa mengungkap isi bidang studi tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyusun tes yang bersumber dari kurikulum bidang studi yang hendak diukur. Di samping kurikulum dapat juga diperkaya dengan melihat atau mengkaji buku sumber. Sehingga tes hasil belajar tidak mungkin dapat mengungkap semua materi yang ada dalam bidang studi tertentu sekalipun hanya untuk satu semester. Oleh sebab itu harus diambil sebagian dari materi dalam bentuk sampel tes. Sebagai sampel maka harus dapat mencerminkan materi yang terkandung dari seluruh materi bidang studi. Cara yang ditempuh dalam menetapkan sampel tes adalah memilih konsep-konsep yang esensial dari materi yang di dalamnya. Misalnya menetapkan sejumlah konsep dari setiap pokok bahasan yang ada. Dari setiap konsep dikembangkan beberapa pertanyaan tes (lihat bagan). Di sinilah pentingnya peranan kisi-kisi sebagai alat untuk memenuhi validitas isi.

TES HASIL BELAJAR
Bidang studi    : ....................
Semester         : ....................
Kelas               : ....................
Pokok bahasan
untuk satu
semester sesuai
dengan kurikulum
Konsep atau
materi
esensial
Jumlah
pertanyaan
Jenis tes
abilitas
yang
diakui
Pokok bahasan 1
1.1
……....
3 soal
Pilihan
ganda
Aplikasi
dan
seterusnya
Aplikasi dan
seterusnya
Pokok bahasan 2
1.2
……..
2 soal
Pokok bahasan 2
2.1
………
2.2
………
2 soal

3 soal
Pokok bahasan
3
3.1
………
3.2
………
3 soal

2 soal

Dalam hal tertentu tes yang telah disusun sesuai dengan kurikulum
(materi dan tujuannya) agar memenuhi validitas isi, peneliti atau pemakai tes dapat meminta bantuan ahli bidang studi untuk menelaah apakah konsep materi yang diajukan telah memadai atau tidak, sebagai sampel tes. Dengan demikian validitas isi tidak memerlukan uji coba dan analisis
statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
b.      Validitas bangun pengertian (Construct validity)
Validitas bangun pengertian (Construct validity) berkenaan dengan kesanggupan alat ukur mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang diukurnya. Pengertian-pengertian yang terkandung dalam konsep kemampuan, minat, sebagai variabel penelitian dalam berbagai bidang kajian harus jelas apa yang hendak diukurnya. Konsep-konsep tersebut masih abstrak, memerlukan penjabaran yang lebih spesifik, sehingga mudah diukur. Ini berarti setiap konsep harus dikembangkan indikator-indikatomya. Dengan adanya indikator dari setiap konsep maka bangun pengertian akan nampak dan memudahkan dalam menetapkan cara pengukuran. Untuk variabel tertentu, dimungkinkan penggunaan alat ukur yang beraneka ragam dengan cara mengukurnya yang berlainan.
Menetapkan indikator suatu konsep dapat dilakukan dalam dua cara, yakni
1)      Menggunakan pemahaman atau logika berpikir atas dasar teori pengetahuan ilmiah
2)      Menggunakan pengalaman empiris, yakni apa yang terjadi dalam kehidupan nyata.
Contohnya yaitu Konsep mengenai “Hubungan Sosial”, dilihat dari pengalaman, indikatornya empiris adalah keterkaitan dari:
1)      Bisa bergaul dengan orang lain
2)      Disenangi atau banyak teman-temannya
3)      Menerima pendapat orang lain
4)      Tidak memaksakan pendapatnya
5)      Bisa bekerja sama dengan siapa pun
6)      Dan lain-lain.
Mengukur indikator-indikator tersebut, berarti mengukur bangun pengertian yang terdapat dalam konsep hubungan sosial. Contoh lain yaitu konsep sikap dapat dilihat dari indikatornya secara teoretik (deduksi teori) antara lain keterkaitan dari:
1)      Kesediaan menerima stimulus objek sikap
2)      Kemauan mereaksi stimulus objek sikap
3)      Menilai stimulus objek sikap
4)      Menyusun/mengorganisasi objek sikap
5)      Internalisasi nilai yang ada dalam objek sikap.
Apabila hasil tes menunjukkan indikator-indikator tes yang tidak berhubungan secara positif satu sama lain, berarti ukuran tersebut tidak memiliki validitas bangun pengertian. Atas dasar itu indikatornya perlu ditinjau atau diperbaiki kembali. Cara lain untuk menetapkan validitas bangun pengertian suatu alat ukur adalah menghubungkan (korelasi) antara alat ukur yang dibuat dengan alat ukur yang sudah baku atau standardized, seandainya telah ada yang baku. Bila menunjukkan koefisien korelasi yang tinggi maka alat ukur tersebut memenuhi validitasnya..
c.       Validitas ramalan (predictive validity)
Validitas ramalan artinya dikaitkan dengan kriteria tertentu. Dalam validitas ini yang diutamakan bukan isi tes tapi kriterianya, apakah alat ukur tersebut dapat digunakan untuk meramalkan suatu ciri atau perilaku tertentu atau kriteria tertentu yang diinginkan. Misalnya alat ukur motivasi belajar, apakah dapat digunakan untuk meramal prestasi belajar yang dicapai. Artinya terdapat hubungan yang positif antara motivasi dengan prestasi. Dengan kata lain dalam validitas ini mengandung ciri adanya relevansi dan keajegan atau ketetapan (reliability). Motivasi dapat digunakan meramal prestasi bila skor-skor yang diperoleh dari ukuran motivasi berkorelasi positif dengan skor prestasi. Validitas ramalan ini mengandung dua makna. Pertama validitas jangka pendek dan kedua jangka panjang. Validitas jangka pendek, artinya daya ramal alat ukur tersebut hanya untuk masa yang tidak lama. Artinya, skor tersebut berkorelasi pada waktu yang sama. Misalnya, ketetapan (reliability) terjadi pada semester dua artinya daya ramal berlaku pada semester dua, dan belum tentu terjadi pada semester berikutnya. Sedangkan validitas jangka panjang mengandung makna skor tersebut akan berkorelasi juga di kemudian hari. Mengingat validitas ini lebih menekankan pada adanya korelasi, maka faktor yang berkenaan dongan persyaratan terjadinya korelasi harus dipenuhi. Faktor tersebut antara lain hubungan dari konsep dan variabel dapat dijelaskan berdasarkan pengetahuan ilmiah, minimal masuk akal sehat dan tidak mengada-ada. Faktor lain adalah skor yang dikorelasikan memenuhi linieritas. Ketiga validitas yang dijelaskan di atas idealnya dapat digunakan dalam menyusun instrumen penelitian, minimal dua validitas, yakni validitas isi dan validitas bangun pengertian. Validitas isi dan bangun pengertian mutlak diperlukan dan bisa diupayakan tanpa melakukan pengujian secara statistika.

3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari responden yang bersangkutan (Sukardi, 2008).
1)      Faktor yang berasal dari dalam tes
a)   Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas tes
b)   Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrument evaluasi, tidak terlalu sulit
c)   Item tes dikonstruksi dengan jelas.
d)   Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa.
e)   Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu kurang atau terlalu longgar.
f)    Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel
g)   Jawaban masing-masing item evaluasi bisa diprediksi responden
2)      Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes.
a)   Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga responden dalam memberikan jawaban dalam situasi tergesa-gesa.
b)   Adanya kecurangan dalam tes.
c)   Pemberian petunjuk dari dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada semua responden.
d)   Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.
e)   Responden tidak dapat memngikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
f)    Adanya joki (orang lain bukan siswa) yang masuk dalam menjawab item tes yang diberikan.
3)      Faktor yang berasal dari jawaban responden.
Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak valid, karena dipengaruhi oleh jawaban responden dari pada interpretasi item-item pada tes evaluasi.

4.      Cara Menentukan Validitas
a.       Cara Menentukan Validitas dengan Menggunakan Rumus  
Menurut Arikunto (2002) perhitungan validitas dari sebuah instrumen dapat menggunakan rumus korelasi product moment atau dikenal juga dengan korelasi pearson. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :


rxy = koefisien korelasi
N = jumlah responden uji coba
X = skor tiap item
Y = skor seluruh item responden uji coba

Untuk menginterpretasikan tingkat validitas, maka koefisien korelasi dikategorikan pada kriteria sebagai berikut:
Kriteria Validitas Instrumen Tes
Nilai r
Interpretasi
0,81 – 1,00
Sangat Tinggi
0,61 – 0,80
Tinggi
0,41 – 0,60
Cukup
0,21 – 0,40
Rendah
0,00 – 0,20
Sangat Rendah

Setelah harga koefisien validitas tiap butir soal diperoleh, kemudian hasil diatas dibandingkan dengan nilai r dari tabel pada taraf signifikansi 5% dan taraf signifikansi 1% dengan df= N-2. Instrumen penelitian dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel dan dikatakan tidak valid jika r hitung lebih kecil dari r tabel dengan tingkat kemaknaan 5%.

5.      Kegunaan Validitas
Kegunaan validitas menurut Arikunto (2002) adalah:
a.       Untuk menghindari pertanyaan yang kurang jelas
b.      Untuk meniadakan kata-kata yang terlalu asing atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan
c.       Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas
d.      Untuk menambah item yang diperlukan atau meniadakan item yang dianggap tidak relevan
e.       Untuk mengetahui validitas kuesioner tersebut

B.     Reliabilitas
1.      Pengertian
Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Reliabilitas ukuran menyangkut seberapa jauh skor deviasi individu, atau skor-z, relatif konsisten apabila dilakukan pengulangan pengadministrasian dengan tes yang sama atau tes yang ekivalen. Reliabilitas berguna untuk mengetahui atau menunjukkan keajegan suatu tes dalam mengukur gejala yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda. (Usman,2003).
Azwar (2003) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Reliabilitas alat ukur adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya, kapan pun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama. Contoh paling nyata adalah timbangan atau meteran. Hal yang sama terjadi untuk alat ukur suatu gejala, tingkah laku, ciri atau sifat individu dan lain-lain. Misalnya alat ukur prestasi belajar seperti tes hasil belajar, alat ukur sikap, kuesioner dan lain-lain, hendaknya meneliti sifat keajegan tersebut. Tes hasil belajar dikatakan ajeg apabila hasil pengukuran saat ini menunjukkan kesamaan hasil pada saat yang berlainan waktunya, terhadap siswa yang sama. Misalnya siswa kelas V pada hari ini di tes kemampuan matematik. Minggu berikutnya siswa tersebut di tes kembali. Hasil dari kedua tes relatif sama. Sehingga masih mungkin terjadi ada perbedaan hasil untuk hal-hal tertentu akibat faktor kebetulan, selang waktu, terjadinya perubahan pandangan siswa terhadap soal yang sama. Jika ini terjadi, kelemahan terletak dalam alat ukur itu, yang tidak memiliki kepastian jawaban atau meragukan siswa. Dengan kata lain derajat reliabilitasnya masih rendah. Di lain pihak perbedaan hasil pengukuran bukan disebabkan oleh alat ukurnya, melainkan kondisi yang terjadi pada diri siswa. Misalnya fisik siswa dalam keadaan sakit pada waktu tes yang pertama, motivasi pada waktu tes pertama berbeda dengan motivasi tes pada berikutnya.

2.      Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas
Menurut Sukardi (2008), koefisien reliabilitas dapat dipengaruhi oleh waktu penyelenggaraan tes-retes. Interval penyelenggaraan yang terlalu dekat atau terlalu jauh, akan mempengaruhi koefisien reliabilitas. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi reliabilitas instrument evaluasi di antaranya sebagai berikut:
a.         Panjang tes, semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item materi pembelajaran diukur.
b.         Penyebaran skor, koefisien reliabelitas secara langsung dipengaruhi oleh bentuk sebaran skor dalam kelompok siswa yang di ukur. Semakin tinggi sebaran, semakin tinggi estimasi koefisien reliable.
c.         Kesulitan tes, tes normative yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah.
d.         Objektifitas, yang dimaksud dengan objektif yaitu derajat dimana siswa dengan kompetensi sama, mencapai hasil yang sama.

3.      Macam-Macam Realibilitas
Arikunto (2000) menyatakan bahwa reliabilitas dibedakan atas
dua macam, yaitu
a.       Reliabilitas konsistensi tanggapan
Reliabilitas konsistensi tanggapan responden mempersoalkan apakah tanggapan responden atau obyek ukur terhadap tes atau instrumen tersebut sudah baik atau konsisten. Dalam hal ini apabila suatu tes atau instrumen digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap obyek ukur kemudian dilakukan pengukuran kembali terhadap obyek ukur yang sama, apakah hasilnya masih tetap sama dengan pengukuran sebelumnya. Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan ketidakkonsistenan maka jelas hasil pengukuran itu tidak mencerminkan keadaan obyek ukur yang sesungguhnya. Untuk mengetahui apakah tanggapan terhadap tes atau instrumen itu mantap, konsisten atau tidak plin-plan, dapat dilakukan dengan cara memberikan tes yang sama secara berulang kali (dua kali) kepada obyek ukur atau responden yang sama. Pengetesan dua kali merupakan syarat minimal untuk mengetahui apakah tanggapan obyek ukur terhadap tes tersebut konsisten atau tidak.
Dalam pelaksanaan pengetesan dua kali ini dapat ditempuh berbagai cara yaitu kita melakukan pengetesan dua kali dengan tes sama terhadap obyek ukur yang sama, atau dengan melakukan pengetesan sekali dengan menggunakan dua tes yang butir-butirnya setara. Jika kita menggunakan pengetesan sekali maka kesamaan atau kesetaraan tes yang digunakan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi, karena kemantapan atau konsistensi tanggapan terhadap butir-butir yang akan diperiksa. Pada teknik belah dua ini pengukuran dilakukan dengan dua kelompok butir yang setara pada saat yang sama. Karena setiap kelompok butir merupakan separuh dari seluruh tes, maka biasanya kelompok butir pertama diambil dari butir-butir tes yang bernomor ganjil, sedangkan kelompok butir yang kedua diambil dari butir-butir tes yang bernomor genap. Perlu diketahui bahwa reliabilitas dengan teknik ini sangat relatif, karena reliabilitas akan tergantung pada cara penomoran dan pengelompokan butir yang diambil. Di sini pengukuran dilakukan dengan menggunakan dua tes yang dibuat setara kemudian diberikan kepada responden atau obyek tes dalam waktu yang bersamaan. Skor dari kedua kelompok butir tes tersebut dikorelasikan untuk mendapatkan reliabilitas tes.
b.      Reliabilitas konsistensi gabungan butir.
Reliabilitas konsistensi gabungan butir berkaitan dengan kemantapan antara butir suatu tes. Hal ini dapat diungkapkan dengan pertanyaan, apakah terhadap obyek ukur yang sama, butir yang satu menunjukkan hasil ukur yang sama dengan butir yang lainnya. Dengan kata lain bahwa terhadap bagian obyek ukur yang sama, apakah hasil ukur butir yang satu tidak kontradiksi dengan hasil ukur butir yang lain.
Jika terhadap bagian obyek ukur yang sama, hasil ukur melalui butir yang satu kontradiksi atau tidak konsisten dengan hasil ukur melalui butir yang lain maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya. Dengan kata lain tidak reliabel dan tidak dapat digunakan untuk mengungkap ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur. Kalau hasil pengukuran pada bagian obyek ukur yang sama antara butir yang satu dengan butir yang lain saling kontradiksi atau tidak konsisten maka kita jangan menyalahkan obyek ukur, melainkan alat ukur (tes) yang dipersalahkan dengan mengatakan bahwa tes tersebut tidak reliabel terhadap obyek yang diukur.
Koefisien reliabilitas konsistensi gabungan butir untuk skor butir dikotomi dapat dihitung dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson yang dikenal dengan nama KR-20 dengan rumus:
KR-20= (
Keterangan:
k        = cacah butir.
piqi      = varians skor butir.
pi       = proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i.
qi       = proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i.
St2       = varians skor total responden.
.
Koefisien reliabilitas gabungan butir untuk skor butir politomi, maka koefisien reliabilitas dihitung menggunakan koefisien Alpha
(Djaali, 2000: 122) dengan rumus:
= (
Keterangan:
rii = koefisien reliabilitas.
k = cacah butir.
Si2 = varians skor butir.
St2 = varians skor total responden.
Interpretasi terhadap koefisien reliabilitas merupakan intrepretasi relatif, artinya tidak ada batasan mutlak yang menunjukkan berapa angka koefisien minimal yang harus dicapai agar suatu pengukuran dapat disebut reliabel. Namun, memberikan informasi tentang hubungan varians skor teramati dengan varians skor sejati kelompok individu. Misalnya, diperoleh koefisien reliabilitas sama dengan 0,87. Koefisien reliabilitas ini dapat diartikan bahwa:
1)      87% varians skor teramati diakibatkan oleh varians skor sejati kelompok individu,
2)      Korelasi antara skor teramati dan skor sejati sama dengan 0,87 atau 0,93.










KESIMPULAN

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Instrument dikatakan valid jika instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan penelitian. Instrumen yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain. Ada tiga jenis validitas yang sering digunakan dalam penyusunan instrumen, yaitu validitas isi, validitas bangun pengertian (Construct validity), dan validitas ramalan (predictive validity). Perhitungan validitas dari sebuah instrumen dapat menggunakan rumus korelasi product moment atau dikenal juga dengan korelasi pearson.
Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Reliabilitas alat ukur adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya. Reliabilitas dibedakan atas dua macam, yaitu reliabilitas konsistensi tanggapan dan reliabilitas konsistensi gabungan butir. Koefisien reliabilitas konsistensi gabungan butir untuk skor butir dikotomi dapat dihitung dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson yang dikenal dengan nama KR-20 sedangkan untuk skor butir politomi, maka koefisien reliabilitas dihitung menggunakan koefisien Alpha.










DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin.2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Usman. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

No comments:

Post a Comment