Saturday 17 December 2016

LAPORAN PERAKTIKUM 2 PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN VEKTOR LALAT



LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN VEKTOR II
PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN LALAT



Disusun Oleh :
Robi’i Pahlawan H.R (J410130110)
Shift/Kelas 6 E


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR II
PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN LALAT

A.    PENDAHULUAN
Lalat merupakan hewan yang banyak dijumpai baik di perumahan, tempat makan, tempat umum, dan hampir dapat di temukan di semua tempat. Indonesia hanya memiliki dua musim dan merupakan daerah tropis sehingga memungkinkan lalat untuk dapat berkembangbiak dengan baik. Perhitungan kepadatan lalat pada suatu tempat merupakan hal yang penting karena lalat sebagai salah satu indikator sebuah tempat bersih atau tidak. Selain itu juga keberadaan lalat sebagai pembawa dan penyebar penyakit pada manusia, melalui penularan secara mekanis menyebabkan myasis sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang mendukung penyediaan tempat perkembangbiakannya.
Lalat dapat mengancam kesehatan manusia yaitu dengan cara memindahkan penyakit dan lalatlah sebagai perantara penyakit tersebut. Aktivitas lalat dimana kegiatannya terbang dan hinggap diberbagai tempat, termasuk ke tempat-tempat yang kottor dan membawa patogen dari tempat tersebut, hinggap di makanan manusia (penyebaran mekanis). Penyakit yang dapat ditularkan oleh lalat beberapa diantaranya adalah jenis food/waterborne seperti Vibrio Cholera, Salmonella Thyphosa, dan Shygella Dysentriae.
Kepadatan lalat disuatu tempat perlu diketahui untuk menentukan apakah daerah tersebut potensial untuk terjadinya fly borne diseases atau tidak. Metode pengukuran kepadatan lalat yang populer dan sederhana adalah dengan menggunakan alat flygrill. Prinsip kerja dari alat ini didasarkan pada sifat lalat yang menyukai hinggap pada permukaan benda yang bersudut tajam vertikal. Lokasi yang perlu dilakukan pengukuran kepadatan lalat, utamanya adalah perumahan, rumah makan dan tempat pembuangan sampah, tempat ternak.
Upaya untuk menurunkan populasi lalat adalah sangat penting, mengingat dampak yang ditimbulkan yaitu sebagai vektor pembawa penyakit. Untuk itu sebagai salah satu cara penilaian baik buruknya suatu lokasi adalah dilihat dari angka kepadatan lalatnya. Dalam menetukan kepadatan lalat, pengukuran terhadap populasi lalat dewasa tepat dan biasa diandalkan daripada pengukuran populasi larva lalat.

B.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui seberapa pentingnya lalat sebagai vektor penyakit
2.      Mengetahui populasi kepadatan lalat disuatu wilayah tertentu

C.     TINJAUAN TEORI
Lalat adalah jenis serangga dari ordo Diptera (berasal dari bahasa Yunani di berati dua dan ptera berarti sayap). Perbedaan yang paling jelas antara lalat dan ordo serangga lainnya adalah lalat memiliki sepasang sayap terbang dan sepasang halter, yang berasal dari sayap belakang, pada metatoraks (kecuali beberapa spesies lalat yang tidak dapat terbang). Satu-satunya ordo serangga lain yang memiliki dua sayap yang benar-benar berfungsi dan memiliki halter adalah Strepsiptera. Tetapi, berbeda dengan lalat, halter Strepsitera berada di mesotoraks dan sayap di metatoraks. Ordo Diptera adalah ordo yang besar, diperkirakan mencakup 240.000 spesies nyamuk, ngengat, agas, dan lain-lain, meskipun hanya kurang dari setengahnya (sekitar 120.000 spesies) yang telah dideskripsikan.[1] Diptera adalah salah satu ordo serangga yang memiliki peranan sangat penting, baik dari segi ekologis maupun kepentingan manusia (medis dan ekonomi). Diptera, khususnya nyamuk (Culicidae), adalah penyebar beberapa penyakit, mereka berperan sebagai vektor dari malaria, demam berdarah dengue, virus Nil Barat, demam kuning, radang otak, dan penyakit menular lainnya (Anonim, 2015).
Lalat banyak jenisnya, tetapi paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah Musca domestica. Lalat ini biasanya hidup disekitar manusia dan aktivitas-aktivitas manusia. Jenis lalat penting dilihat dari kesehatan masyarakat, karena dapat menularkan 100 jenis patogen yang dapat mengakibatkan penyakit pada manusia (Dantje T. Sambel, 2009:136-137). Beberapa penyakit akibat lalat antara lain diarrhea, dysenterie basillaris, typhus abdominalis, amoebiasis, cholera, ascaris, dan ancylostomiasis (Depkes RI, 2001:5, Srisari Gandahusada, 2003:243).
Cara hidup, biologi, dan tingkah laku setiap spesies lalat pada dasarnya antara satu dengan lainnya adalah sama. Tempat perkembangbiakan lalat adalah tempat kotor. Pengetahuan tentang biologi, tingkah laku dan jenis lalat akan membantu usaha pengendalian dan penanggulangannya. Pemberantasan lalat melibatkan masyarakat secara keseluruhan. Sampah sangat erat hubungannya dengan timbul dan berkembangnya lalat itu sendiri. Oleh karena itu pemberantasan lalat akan melibatkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sampah maka masalah lalat juga merupakan masalah sosial. Karena itu dalam penanganannya perlu melibatkan masyarakat secara bersama-sama. Sampah yang mudah membusuk (garbage) merupakan media tempat berkembang biaknya lalat. Bahan-bahan organic yang membusuk, baunya merangsang lalat untuk datang mengerumuni karena bahan-bahan yang membusuk tersebut merupakan makanan mereka. (J. Borror, Donald. 1992:54).


D.    ALAT DAN BAHAN
1.      Fly Grill
2.      Counter
3.      Sepatu boots
4.      Sarung tangan
5.      Masker
6.      Stopwatch
7.      Alat tulis
8.      Form survey lalat

E.     HASIL
Terlampir dilampiran 1

F.      PEMBAHASAN
Praktikum pengendalian lalat dilakukan dengan cara menaruh fly grill pada tempat yang dirasa memiliki populasi lalat yang tinggi, lalu di tunggu sampai 30 detik menggunakan stopwatch. Selama 30 detik tersebut hitung jumlah banyak lalat yang hinggap diatas fly grill dengan menggunakan counter agar tidak lupa dan hasil praktik menjadi valid. Setiap pengukuran dilakukan hingga 10 kali di titik-titik yang berbeda pula. Setelah itu akan diambil 5 terbanyak dan dirata-rata dan kategorikan rata-rata tersebut dalam :
-          0-2 :Rendah atau tidak bermasalah
-          3-5 : Sedang (perlu dilakukan pengamatan tempat berbiaknya lalat)
-          6-20 : Tinggi (populasi cukup padat dan perlu pengamanan tepat berbiaknya lalat dan bila mungkin rencana pengendalian)
-          21< : Sangat tinggi (populasi padat dan perlu pengamanan tempat berbiaknya lalat dan tindakan pengendalian)
Lokasi praktikum pengendalian dan pemberantasan lalat ada 3 tempat yaitu pada :
1.      TPS (Tempat Pembuangan Sampah) Kartasura
2.      Kandang Babi
3.      Pabrik Tahu
Menurut data yang telah diproleh dalam praktikum kali ini, tempat dengan prevalensi lalat terbanyak adalah pada TPS Kartasura yaitu dengan rata-rata 31 (Sangat Tinggi) hal ini terjadi karena pada TPS tersebut di simpan dengan cara open dumping, sehingga lalat mencari makan dan sering hinggap di TPS tersebut. Berikut ditampilkan masing-masing rincian dari hasil praktikum
1.      TPS (Tempat Pembuangan Sampah) Kartasura = ∑ 5 tertinggi 5
                          =  
                          = 
                          = 31
Dari data diatas dapat diketahui bahwa jumlah lalat tertinggi mencapai 55 dan setelah di masukkan 5 hasil tertinggi di dapatkan rata-rata 31 (sangat tinggi). Dengan kata lain TPS Kartasura termasuk daerah yang sangat tidak sehat dan banyak mengandung vektor penyakit (lalat). Untuk mengendalikan populasi lalat agar tidak meningkat ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu:
a.       Memisahkan sampah organik dan anorganik.
b.      Membakar sampah agar tidak di jadikan tempat perbiakan lalat.
c.       Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola dengan baik akan menghilangkan media perindukan lalat. Sehingga secara tidak langsung dapat mengendalikan perbiakan lalat.

2.      Kandang Babi= ∑ 5 tertinggi/5
                          =  
                          = 
                          = 4,6
Dari data di atas dapat diketahu bahwa lalat terbanyak hinggap mencapai 15 ekor, dan jika dirata-rata maka hasilnya adalah 4,6 (Sedang). Untuk pengendalian lalat agar tidak bertambah dapat dilakukan beberapa cara yaitu :
a.       Membersihkan kandang secara rutin
b.      Membuang kotoran hewan yang tidak dapat dijangkau oleh vektor lalat.

3.      Pabrik Tahu ∑ 5 tertinggi/5
                          =  
                          = 
                          = 2,6
Dari data diatas dapat diketahui jika pabrik tahu tersebut termasuk dalam kategori pabrik yang sehat karena vektor lalat hanya sekitar 2,6. Untuk pengendalian lalat dapat dilakukan :
a.       Peningkatan sanitasi pabrik pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola dengan baik akan menghilangkan media perindukan lalat. Sehingga secara tidak langsung dapat mengendalikan perbiakan lalat.
b.      Membuang sampah pada tempat yang tertutup dan tidak dapat dijangkau vektor lalat.
Dari tempat praktikum yang telah dikunjungi tempat yang paling banyak mengandung lalat yaitu TPS Kartasura hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1.      Sampah yang dibiarkan saja dan tidak dikelola dengan baik
2.      Sampah hanya ditumpuk (open dumping)
3.      Tempat tersebut lembab dan banyak mengandung sampah makanan sehingga memungkinkan lalat untuk  berkembangbiak dengan baik ditempat tersebut.

G.    SIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa :
1.      Tempat yang paling banyak mengandung lalat yaitu pada TPS kartasura dengan rata-rata 31 dan termasuk dalam kategori sangat tinggi, lalu kandang babi dengan rata-rata 4,6 termasuk dalam kategori sedang, dan pabrik tahu dengan rata-rata 2,6 termasuk dalam  kategori rendah.
2.      Lalat menyukai tempat yang lembab dan kotor untuk berkembangbiak seperti pada TPS Kartasura dimana pada TPS kartasura banyak titik-titik yang sangat ideal untuk lalat berkembangbiak
3.      Dari 3 tempat yang didatangi yaitu TPS Kartasura, kandang babi, dan pabrik tahu lalat paling banyak ditemukan pada TPS kartasura.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Lalat. (Online) http://id.wikipedia.org/wiki/Lalat  diakses pada 5 April 2015 pukul 18.00 Wib.
Dantje T. Sembel, 2009, Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Andi
Depkes RI, 2001, Pedoman Teknis Pengendalian Lalat. Jakarta: Depkes RI
J. Borror, Donald. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.


Lampiran II Dokumentasi

1)      Lokasi TPS Wirogunan, Kartasura
 







               
2) Lokasi Pabrik tahu

3. Kandang Babi
 

No comments:

Post a Comment