Thursday 18 June 2015

PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR VI SPRAYING (PENYEMPROTAN)



PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR VI
SPRAYING (PENYEMPROTAN)

A.          PENDAHULUAN
Penyakit yang berasal dari nyamuk masih menjadi permasalahan yang belum dapat diatasi di Indonesia. Penyakit malaria, DBD, dan Cikungunya kejadian penyakitnya tidak berkurang bahkan bertambah disetiap daerah di Indonesia. Saat ini Indonesia mulai berbenah dalam pemberantasan vektor dari penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Pemerintah memberikan solusi kepada masyarakat dengan melakukan spraying untuk mencegah nyamuk masuk dan menempel didinding rumah.
Mengingat seringnya nyamuk masuk kedalam rumah dan menempel di tembok rumah merupakan salah satu hal yang bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan vektor nyamuk. Caranya adalah dengan melakukan spraying. Spraying yaitu proses penyemprotan insektisida ke dinding-dinding  rumah sehingga nyamuk yang menempel pada dinding rumah akan mati sebelum menularkan penyakit pada manusia. Spraying dewasa ini digunakan sebagai pelengkap dari beberapa aksi yang digunakan untuk memberantas nyamuk yaitu PSN, fogging, 3M+ dan spraying. Spraying (penyemprotan) ini bertujuan memotong siklus hidup nyamuk Anopheles dewasa. Dengan dilakukannya spraying masyarakat di wilayah penyemprotan akan aman untuk sementara dari gigitan nyamuk. Penyemprotan terutama di dinding rumah akan langsung kelihatan hasilnya dalam hitungan menit. Beberapa serangga kecil akan kelihatan mati berjatuhan di lantai. Bahkan serangga yang sekuat kecoa juga mati  Hasil spraying akan lumayan jika penyemprotan dilakukan secara merata dan sistematis dalam satu wilayah.
Namun ternyata penggunaan spraying tidak boleh dilakukan secara berlebihan, karena dapat menyebabkan resistensi pada vektor penyakit. Penggunaan spraying haruslah dilakukan jika pada suatu daerah memang sangat membutuhkan spraying untuk memberantas nyamuk. Selain itu dibutuhkan pula tenaga ahli dalam pelaksanaannya karena tingkat ketebalan dari lapisan insektisida ditembok akan sangat mempengaruhi keberhasilan dari spraying. Jika terlalu tipis lapisannya maka nyamuk tidak akan mati, namun jika terlalu tebal dapat menyebabkan resistensi pada nyamuk. Oleh sebab itu perlu dipelajari lebih lanjut mengenai cara melakukan spraying agar hasil spraying dapat membunuh nyamuk seefektif mungkin.


B.           TUJUAN
1.      Tujuan Instruksional Umum
Setelah selesai mengikuti kegiatan belajar ini mahasiswa mampu menyelenggarakan kegiatan penyemprotan rumah dengan insektisida (racun serangga) dengan benar.
2.      Tujuan Instruksional Khusus
a.       Setelah mengikuti kegiatan belajar ini mahasiswa mampu:
b.      Menjelaskan pengertian penyemprotan rumah
c.       Menyebutkan bagian alat semprot (spray-can)
d.      Menjelaskan kebijakan dalam penyemprotan rumah
e.       Menjelaskan kriteria penyemprotan
f.       Menjelaskan faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk mendapatkan dosis insektisida yang tepat
g.      Menjelaskan tentang cakupan, pemenuhan dosis clan keteraturan penyemprotan
h.      Melakukan supervisi dan evaluasi penyemprotan
i.        Menjelaskan cara pencegahan clan memberi pertolongan pada kasus keracunan
j.        Melakukan penyemprotan rumah dengan trampil


C.    TINJAUAN PUSTAKA
Mewabahnya penyakit demam berdarah di seluruh Indonesia akhir-akhir ini bukan hanya disebabkan oleh sikap dan pola hidup tidak higienis. Pemansan global juga memicu pertumbuhan nyamuk sebagai pembawa penyakit tersebut, dalam hal ini nyamuk dapat bertahan hidup dan berkembang di daerah yang sebelumnya tidak mungkin. Pemanasan global membuat nyamuk yang selama ini hidup di daerah panas dan daerah dengan ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan laut, mampu berkembang biak dan bertahan hidup di luar daerah-daerah tersebut. Juga hal ini membuat daya tahan nyamuk Aedes aegyptie makin kuat. Siklus hidup makin cepat, dan populasi nyamuk tentu saja meningkat pesat. (Anies, 2006: 25).
Pada penyakit demam berdarah dengue (DBD) tidak terjadi siklus perubahan hidup namun hanya terjadi multiplikasi virus DBD dalam tubuh nyamuk Aedes aegyptie sebagai pejamu intermediate atau karier untuk menularkan kepada orang lain (Chandra, Budiman. 2006: 56). Faktor lingkungan sangat mempengaruhi baik manusia maupun nyamuk. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada yang memungkinkan terjadinya penularan malaria setempat (indigenous), lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologik dan lingkungan sosial budaya.
1.      Lingkungan fisik : meliputi suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari dan arus air.
2.      Lingkungan kimia : meliputi kadar garam yang cocok untuk berkembangbiaknya nyamuk Anopheles sundaicus.
3.      Lingkungan biologik : adanya tumbuhan, lumut, ganggang, ikan kepala timah, gambusia, nila sebagai predator jentik Anopheles spp, serta adanya ternak sapi, kerbau dan babi akan mengurangi frekuensi gigitan nyamuk pada manusia.
4.      Lingkungan sosial budaya : meliputi kebiasaan masyarakat berada di luar rumah, tingkat kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyakit malaria dan pembukaan lahan dengan peruntukannya yang memengaruhi derajat kesehatan masyarakat dengan banyak menimbulkan breading places potensial untuk berkembangbiaknya nyamuk Anopheles spp (Depkes, 2003: 42).
Menurut DEPKES RI (2003:45) Penyemprotan rumah dengan efek residual (IRS = Indoor Residual Spraying) telah lama dilakukan dalam pemberantasan malaria di Indonesia. Sampai sekarang cara ini masih dipakai karena dipandang paling tepat dan besar manfaatnya untuk memutuskan transmisi, murah dan ekonomis. Penyemprotan IRS adalah suatu cara pemberantasan vektor dengan menempelkan racun serangga tertentu dengan jumlah (dosis) tertentu secara merata pada permukaan dinding yang disemprot dengan tujuan untuk memutus rantai penularan karena umur nyamuk menjadi lebih pendek sehingga tidak sempat menghasilkan sporozoit didalam kelenjar ludahnya. Dalam melaksanakan penyemprotan IRS (indoor residual spraying) diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :
1.      Cakupan bangunan yang disemprot (coverage)
Rumah atau bangunan dalam daerah tersebut harus diusahakan agar semuanya disemprot. Yang dimaksud rumah atau bangunan yaitu tempat tinggal yang digunakan malam hari untuk tidur.
2.      Cakupan permukaan yang disemprot (completeness)
Cakupan permukaan yang disemprot adalah semua permukaan (dinding, pintu, jendela, almari dsb) yang seharusnya disemprot.
3.      Pemenuhan dosis (sufficiency)
Dosis yang dipergunakan yaitu dosis sesuai petunjuk pemakaian yang tertera pada tiap saset insektisida.
          Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari kegiatan tersebut diperlukan pengetahuan dan keterampilan mengenai tujuan penyemprotan, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyemprotan, cara membuat suspensi dan cara menyemprot.

Pestisida adalah semua bahan kimia, binatang maupun tumbuh-tumbuhan yang dipergunakan untuk mengendalikan hama. Secara umum pestisida dapat didefinisikan sebagai bahan yang dipergunakan untuk mengendalikan jasad hidup yang dianggap hama (pest) yang secara langsung ataupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia. Tujuan operasional penyemprotan adalah menempelkan racun serangga tertentu dengan jumlah (dosis) tertentu secara merata pada permukaaan yang disemprot (Depkes RI, 2007:35)


D.    ALAT DAN BAHAN
1.      Alat
a.       Spray-can : Alat semprot (Spray-can) yang digunakan untuk kegiatan penyemprotan rumah adalah merek Hudson X-pert dengan karakteristik sebagai berikut :
·         Kapasitas tangki             : 3 US Gallon 11,36 liter
·         Tinggi tangki                  : 56 cm
·         Berat tangki                   : 5 kg
·         Sabuk penyadang           : panjang 1 m, lebar 5 cm , tebal 3mm
b.      APD (Alat Pelindung Diri)
c.       Respirator (masker)
d.      Alat ukur (lidi/kayu 46 cm)
2.      Bahan
a.       Air
b.      Insektisida (Bahan kimia/Bendiocrab)





E.     HASIL
Dalam melakukan spraying seorang yang bertugas melakukan spraying harus mengerti seluk beluk dari alat yang digunakan. Cara spraying meliputi beberapa hal yaitu perencanaan, perijinan, persiapan dan pelaksanaan. Dimulai dari sebelum penyemprotan, yang kita lakukan adalah membuat rencana kerja secara terpirinci yang kemudian nantinya akan dikirimkan kepada Kepala Desa untuk disetujui dan dikirimkan minimal 3 hari sebelum dilaksanakannya penyemprotan pada suatu desa. Setelah mendapatkan persetujuan, maka langkah yang harus dilaksanakan selanjutnya adalah memperkirakan jumlah insektisida yang akan digunakan dan harus mencakup seluruh rumah yang ada di desa yang akan dilaksanakan spraying tersebut.
Pada Hari Penyemprotan, yang perlu dilakukan adalah mengeluarkan makan, minuman dan binatang yang ada di dalam rumah. Sebab jika tetap berada didalam rumah dikhawatirkan akan terkontaminasi dengan insektisida dari alat spraying. Oleh sebab itu sebelum melakukan spraying maka perlu untuk menghimbau masyarakat untuk mengeluarkan makanan, minuman dan juga binatang yang berada didalam rumah. Selain makanan dan binatang, perlu juga untuk meminta warga untuk menutup perabotan rumah tangga seperti kasur, bantal, selimut dan pakaian-pakaian yang bergelantungan supaya dikeluarkan dulu. Demikian pula bila ada burung, aquarium dan lain-lain. Bila akan menyemprot kandang, terlebih dahulu binatangnya harus dikeluarkan.
Dalam menggunakan alat untuk spraying ini sederhana yaitu dengan membuka penutup tangkinya lalu mengisinya dengan cairan insektisida, ditutup kembali. Kita pompa sampai tekanan menunjukkan angka 50 pascal.
Selama Penyemprotan, semprot permukaan dinding secara naik turun bermotif seperti ular. Dinding yang harus disemprot adalah setinggi 3 meter, bila tinggi melebihi 3 meter, cukup hanya menyemprot 3 meter saja dari bawah. Tapi, bila tinggi dinding kurang dari 3 meter, maka penyemprotan dilakukan secara menyeluruh. Tutuplah pintu dan jendela ruangan yang sedang disemprot tapi bukalah jendela dan pintu lain agar penyemprot tidak bekerja diruang tertutup.
Sesudah Penyemprotan, beritahukan kepada pemilik rumah agar racun serangga yang menempel di dinding tidak dihapus serta kaca-kaca dan lantai yang terkena racun serangga boleh dibersihkan dan racun serangga hasil pembersihan harus ditanam. Memberitahukan kepada pemilik rumah agar selama enam bulan berikutnya jangan dulu mengapur dinding. Tidak lupa juga untuk Spray-can dan peralatan lainnya supaya dibersihkan. Hati-hati membuang air bekas membersihkan spary-can dan alat-alat lainnya jangan sampai mencemari kolam ikan dan sumber air penduduk. Penghuni rumah baru boleh masuk ke dalam rumah satu jam setelah penyemprotan. Bila ada serangga yang mati setelah penyemprotan agar disapu dan dikumpulkan kemudian dikubur.


F.           PEMBAHASAN
Upaya pengendalian vektor dengan cara spraying sangat cocok dilaksanakan dalam kondisi:
1.      Penanggulangan wabah / Kejadian Luar Biasa (KLB) dimana peran vektor dalam menularkan bibit penyakit dapat diputus pada setiap fase hidup vektor.
2.      Terhadap vektor / serangga sasaran pengendalian sesuai kesukaan menggigit dan tempat menggigit (feeding).
3.      Pada beberapa daerah pedesaan dan kota yang belum memiliki tata ruang (landscape) yang baik untuk mencegah keberadaan vektor.
4.      Penggunaan larvasida yang menimbulkan kekhawatiran pencemaran konsumsi air bersih.
5.      Pengendalian juga memberi gambaran upaya bermakna dalam membatasi dan menekan populasi, pergerakan dan distribusi vektor serta pola penularan penyakit berdasarkan prinsip-prinsip epidemiologis.
Nyamuk Anopheles sebagai vektor penyakait malaria banyak terdapat di rawa-rawa, saluran-saluran air, dan permukaan air yang terkena sinar matahari. Ia bertelur di permukaan air. Nyamuk ini hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut. Sering hinggap di dinding rumah atau kandang. Pada saat menggigit biasanya dilakukan saat malam hari. Oleh karena itu, untuk mengendalikan vektor nyamuk Anopheles perlu dilakukan spraying dengan cara menyemprotkan bahan yang terdapat dalam spraycan ke dinding rumah.
Nyamuk Aedes paling sering hinggap di baju-baju yang menggantung dan berada di tempat-tempat gelap, seperti di bawah tempat tidur. Selain juga suka bertelur di air yang bersih, seperti di tempayan, bak mandi, vas bunga, dan lainnya. Telur atau jentik nyamuknya bisa bertahan selama 2-3 bulan.
Nyamuk ini menggigit di pagi dan sore hari, antara pukul 08.00-12.00 dan 15.00-17.00. Bila nyamuk ini sudah menggigit orang atau binatang, pada hari ketiga nyamuk tersebut akan bertelur, dan dua hari kemudian menetas. Setelah 8 hari, jentik tersebut sudah jadi nyamuk. Selama itu, 2 hari sekali nyamuk bertelur, sehingga si betina akan mencari darah lagi. Jika nyamuk itu menggigit seorang penderita demam berdarah, maka kurang lebih dalam 10 hari nyamuk tersebut sudah infektif atau mengandung virus demam berdarah. Bila menggigit orang, virusnya akan masuk ke tubuh orang yang digigit. Virus demam berdarah akan ada selama nyamuk itu hidup. Karena setiap 2 hari sekali dia menggigit, maka virusnya bisa masuk ke orang lain lagi. Demikian terus penyebarannya, paling jauh nyamuk ini terbang dalam radius kurang lebih 50-100 meter ke kanan-kiri sekitar rumah. Jadi telur nyamuk demam berdarah bisa berada sekitar itu. Oleh karena itu, bila sudah ada kasus demam berdarah di sekitar rumah kita, segeralah dilakukan pengasapan. Maksudnya, untuk membunuh nyamuk yang mengandung virus/nyamuk yang infektif, supaya tak ada penularan demam berdarah.
Spraying sebenarnya kurang efektif apabila tidak ditindaklanjuti dengan gerakan 3M dan PSN. Efektifitas spraying akan tinggi jika spraying dilakukan pada waktu sore hari karena pada saat itu biasanya nyamuk keluar dari tempat persembunyiannya


G.          KESIMPULAN
1.      Spraying merupakan langkah yang cocok dilakukan pada daerah dengan KLB, fungsinya adalah untuk memutus rantai penularan.
2.      Alam melakukan spraying harus dilakukan oleh ahli sebab jika tidak maka akan terjadi hal yang sangat fatal. Jika terlalu tipis nyamuk tidak akan mati sedangkan jika terlalu tebal akan terjadi resistensi.
3.      Dalam pelaksanaan spraying harus memiliki ketebalan yang sama pada dinding. Cara membuat ketebalan yang sama adalah dengan bergerak kedepan dan kebelakang secara berirama.
4.      Spraying adalah cara yang efektif untuk membasmi nyamuk akan tetapi membutuhkan dana yang banyak dan juga keahlian dalam menggunakan spray-can.
5.      Pada saat melakukan spraying dibutuhkan ketelitian dan keseriusan agar dapat berjalan dengan baik dan efektif.
6.      Kegiatan pemberantasan nyamuk tidak akan efektif jika hanya melakukan spraying saja, namun harus ditindak lanjuti juga dengan kegiatan lainnya yaitu dengan PSN, 3M+ dan bisa juga ditambah dengan fogging.





DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2003. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta ; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2007. Modul Pelatihan bagi Pengelolan program Pen gendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

1 comment:

  1. terimakasih naru chigo, artikelmu sangat bermanfaat

    ReplyDelete