Wednesday 13 May 2015

PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR III TRAPPING (PENJEBAKAN), IDENTIFIKASI, DAN PENYISIRAN TIKUS



PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR III
TRAPPING (PENJEBAKAN), IDENTIFIKASI, DAN PENYISIRAN TIKUS

A.          PENDAHULUAN
Tikus termasuk dalam binatang pengganggu. Namun tikus juga merupakan hewan yang dapat menyebarkan penyakit kepada manusia (Vektor penyakit. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit. Adapun dari penggolongan binatang dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Penyakit yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi berbagai agen penyakit dari kelompok virus, bakteri, protozoa dan cacing. Penyakit tersebut dapat ditularkan kepada manusia secara langsung oleh ludah, urin dan fesesnya atau melalui gigitan ektoparasitnya (kutu, pinjal, caplak dan tungau).
Tikus juga dapat masuk ke dapur dan buang air kecil di sekitar peralatan masak dan bahan makanan. Akibatnya jika peralatan tidak dicuci dengan baik dan juga jika makanan yang tercemar oleh tikus dapat menyebabkan penyakit berbahaya. Keberadaan tikus di rumah–rumah harus di kontrol secara rutin agar tidak terjadi penyakit yang tidak di inginkan. Tikus dapat menyebabkan banyak kerusakan di dalam rumah. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang bertindak sebagai vektor dan binatang pengganggu. Tikus sebagai vektor penyakit sangat berpengaruh sebagai penyebab kesehatan pada manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus ditanggulangi, karena kita tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya kesatu tingkat tertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia. Oleh sebab itu perlu adanya investigasi dalam rumah warga untuk menekan jumlah tikus, juga untuk mengetahui apakah tikus tersebut mengandung Leptospirosis maupun PES.
B.           TUJUAN
1.         Untuk mengidentifikasi atau mengetahui ciri-ciri khas dari tikus berdasarkan jenis dan habitatnya.
2.         Untuk mengetahui jenis makanan kesukaan tikus, dalam mempermudah proses trapping.
3.         Untuk mengetahui keberadaan atau habitat tikus.
4.         Untuk mengetahui keberadaan adanya ektoparasit pada tikus.

C.          TINJAUAN PUSTAKA
            Binatang pengerat dapat diklasifikasikan menjadi dua, rodent domestik dan rodent liar. Rodent domestic merupakan binatang pengerat yang kehidupannya berhubungan erat dengan kehidupan manusia dan sering menimbulkan masalah besar bagi kesehatan masyarakat. Contoh dari rodent domestik adalah tikus loteng, tikus Norwegia, dan tikus rumah. Sedangkan contoh rodent liar antara lain Tatera indica, Bandicota bengalensis varius, Bandicota indica, Millardia meltada, Millardia gleadowi, Mus booduga. (Chandra, Budiman. 2005). Indera penglihatan tikus rumah kurang berkembang dengan baik bila dibandingkan dengan kemampuan indera lainnya. Selain itu tikus rumah memiliki kemampuan memanjat dan mengerat yang sangat baik (Priyambodo 2003). Menurut Kalshoven (1981), tikus mampu memanjat dinding dan batang tanaman, selain itu tikus memiliki kemampun untuk meloncat secara horizontal sejauh 3 meter dan meloncat dari ketinggian 4 meter.
            Secara garis besar pengendalian tikus dapat dikelompokkan kedalam beberapa metode pengendalian antara lain : Pengendalian secara kultur teknis, fisik mekanik, biologi, dan kimia. Menurut Armstrong (2003) pengendalian tikus rumah di permukiman dilakukan dengan mengombinasikan beberapa teknik pengendalian antara lain memodifikasi lingkungan atau sanitasi, penggunaan perangkap dan penggunaan umpan beracun (rodentisida). Modifikasi lingkungan atau sanitasi lingkungan merupakan pengendalian jangka panjang, sedangkan penggunaan perangkap dan umpan beracun merupakan pengendalian jangka pendek (Sullivan 2002). Elemen penting yang harus diperhatikan untuk mengendalikan tikus di permukiman agar efektif adalah sanitasi lingkungan sekitar, konstruksi bangunan terhadap keberadaan tikus dan monitoring populasi tikus di sekitar permukiman (Salmon et al 2003).
Program pengendalian untuk penyakit bawaan vektor harus dipergencar selama periode darurat dan rehabilitasi, khususnya di wilayah yang penyakit semacam itu diketahui bersifat endemic. Beberapa keprihatinan khusus dalam situasi darurat adalah leptospirosis dan demam gigitan tikus, dan pes (pinjal). Upaya pengendalian vektor harus dihubungkan dengan upaya kesehatan lain. (Fauziah, Munaya. 2003).

D.          ALAT DAN BAHAN
1.      Alat
a.       Kunci identifikasi tikus (genera rattus)
b.      Tabel deskripsi tikus (family muridae)
c.       Spuit
d.      Rat trap/cage trap (perangkap tikus hidup)
e.       Mistar 50 cm dan 30 cm
f.       Timbangan
g.      Kantong plastic volume 50 gr
h.      Sisir tikus/sikat sepatu
i.        Alat tulis

2.      Bahan
a.       Insektisida aerosol
b.      Chloroform
c.       Umpan tikus (ikan asin, ikan lele, kelapa bakar, roti)
d.      Tikus hidup

E.           HASIL
Dari praktikum yang telah dilakukan, di dapat 3 tikus untuk dilakukan  identifikasi dan didapatkan hasil sebagai berikut:
1.      Tikus Pertama
TL (Total Length)    : 263 mm
T (Tail)                     : 125 mm
HF (Hind Foot)        : 35 mm
E (Ear)                      : 20 mm
Berat                                    : 67,1 gr
Testis                        : 1
Warna Bulu              : Atas     : Coklat tua kelabu
  Bawah : Coklat tua kelabu
Dari hasil dentifikasi yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa tikus yang termasuk dalam ciri-ciri tersebut berjenis Rattus Rattus atau tikus rumah. Selain itu tidak ditemukan pinjal pada tikus tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa pinjal = (-).
2.      Tikus Kedua
TL (Total Length)    : 330 mm
T (Tail)                     : 170 mm
HF (Hind Foot)        : 28 mm
E (Ear)                      : 23 mm
Berat                                    : 102,2 gr
Testis                        : 1
Warna Bulu              : Atas     : Coklat tua kelabu
  Bawah : Putih kelabu
Dari hasil dentifikasi yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa tikus yang termasuk dalam ciri-ciri tersebut berjenis Rattus argentiventer atau tikus kebun atau sawah. Selain itu tidak ditemukan pinjal pada tikus tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa pinjal = (-).
3.      Tikus Ketiga
TL (Total Length)    : 350 mm
T (Tail)                     : 190 mm
HF (Hind Foot)        : 35 mm
E (Ear)                      : 14 mm
Berat                                    : 141 gr
Testis                        : 1
Warna Bulu              : Atas     : Coklat tua kelabu
  Bawah : Coklat tua kelabu
Dari hasil dentifikasi yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa tikus yang termasuk dalam ciri-ciri tersebut berjenis Rattus Rattus atau tikus rumah. Selain itu tidak ditemukan pinjal pada tikus tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa pinjal = (-).




F.           PEMBAHASAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan yakni menjebak tikus dengan menggunakan umpan ikan asin, roti, tahu, tempe dapat diketahui bahwa ikan asin dan tahu tempe merupakan umpan yang paling disukai sedangkan roti kurang begitu disukai.
Percobaan yang dilaksanakan di daerah Pucungan RT 02 RW 05 Grogolan ini didapatkan tikus sebanyak 6 ekor dari 20 pit trap yang dipasang dengan metode sampling atau zigzag. Tikus yang didapat kemudian dibawa ke laboratorium untuk dimatikan dengan cara pembiusan menggunakan chloroform, waktu yang dibutuhkan untuk membunuh tikus kurang lebih memakan waktu sampai 20 menit. Kemudian dilakukan identifikasi, penyisiran dan pengukuran baik TL (Total Length), T (Tail), HF (Hind Foot), E (Ear) dan M (Mammae). Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, didapatkan hasil identifikasi sebagai berikut:
1.      Tikus Pertama
TL (Total Length)    : 263 mm
T (Tail)                     : 125 mm
HF (Hind Foot)        : 35 mm
E (Ear)                      : 20 mm
Berat                                    : 67,1 gr
Testis                        : 1
Warna Bulu              : Atas     : Coklat tua kelabu
  Bawah : Coklat tua kelabu

2.      Tikus Kedua
TL (Total Length)    : 330 mm
T (Tail)                     : 170 mm
HF (Hind Foot)        : 28 mm
E (Ear)                      : 23 mm
Berat                                    : 102,2 gr
Testis                        : 1
Warna Bulu              : Atas     : Coklat tua kelabu
  Bawah : Putih kelabu

3.      Tikus Ketiga
TL (Total Length)    : 350 mm
T (Tail)                     : 190 mm
HF (Hind Foot)        : 35 mm
E (Ear)                      : 14 mm
Berat                                    : 141 gr
Testis                        : 1
Warna Bulu              : Atas     : Coklat tua kelabu
  Bawah : Coklat tua kelabu

Dari tikus yang telah diidentifikasi telah diketahui bahwa tikus pertama berjenis tikus rumah, tikus kedua termasuk tikus sawah dan tikus ketiga merupakan tikus rumah. Semua tikus yang telah diidentifikasi tidak ditemukan pinjal ketika dilakukan proses penyisiran. Hal ini berarti tikus tersebut tidak berpotensi menularkan penyakit pes. Tidak ditemukannya pinjal pada tikus dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya faktor lingkungan/habitat yang bersih.
Selain itu, dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jumlah tikus pada desa Pucangan RT 02 RW 05 Grogolan tidak berjumlah banyak, terbukti dari 20 pit trap yang terpasang hanya 6 trap yang mampu menangkap tikus. Tentu jumlah tikus harus tetap ditekan sampai tidak menimbulkan bahaya bagi manusia, langkah yang dapat dilakukan untuk menekan jumlah tikus di perumahan adalah dengan :
1.      Menggunakan pengusir tikus baik masih secara tradisional maupun sudah menggunakan alat elektrik.
2.      Menggunakan perangkap tikus.
3.      Pembersihan rumah secara berkala terutama daerah rumah yang kemungkinan dapat digunakan sebagai rumah untuk tikus seperti pada gudang, got, loteng dan sebagainya

G.          KESIMPULAN
1.      Dari praktikum trapping yang sudah dilakukan dalam pemasangan 20 pit trap hanya mendapatkan 5 tikus.
2.      Umpan yang sering dimakan tikus saat trapping adalah ikan asin, tahu dan tempe, sedangkan roti kurang diminati oleh tikus.
3.      Jenis tikus yang berhasil dijebak dan diidentifikasi adalah tikus rumah 2 ekor dan tikus got 1 ekor.
4.      Tikus lebih sering dijumpai di tempat-tempat yang kotor, karena habitat mereka lebih senang di tempat-tempat yang terabaikan dan kurang terawat seperti di dapur dan gudang, parit (got), atau mungkin juga di loteng.
5.      Tikus bisa menularkan penyakit Pes, Leptospirosis dll.
6.      Daerah Pucangan RT 02 RW 05 Grogolan Kartasura termasuk daerah dengan jumlah tikus yang sedikit, terbukti dari 20 pit trap yang digunakan hanya 6 yang tertangkap.








DAFTAR PUSTAKA
Armstrong JB. 2003. Controlling rats and mice around your home. (Online) ANR 688. http://www.aces.edu. Diakses pada 30 April 2015 pukul 18.00 WITA.
Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.
Fauziah, Munaya. 2003. Bencana Alam Perlindungan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. [terjemahan]. Van der Laan. Jakarta : PT Ichtiar Baru – Van Hoeve.
Priyambodo S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu ed ke-3. Jakarta : Penebar Swadaya.
Salmon TP, Marsh RE, Timm RM. 2003. Rats integrated pest management in the home and landscape.(online)  http://www.ipm.ucdavis.edu. Diakses pada 30 April 2015 puku 18.23 WITA.
Sullivan LM. 2002. Roof rat control around homes and other structures. (Online) http : //ag.arizona.edu/pubs/insects/az1280.pdf. diakses pada 30 april 2015 pukul 18.10 WITA.

No comments:

Post a Comment