AKAL
DAN WAHYU
A.
Berita
Acara Presentasi
Tabel
1.1
Tabel
Berita Acara Presentasi
NO
|
NIM
|
Nama
|
Pokok Pembahasan
|
1
|
J410130110
|
Robi’i Pahlawan H.R
|
-
Pengertian akal dan wahyu
(Bahasa, Istilah dalam Islam
-
Perspektif Penciptaan Manusia
|
2
|
J410141058
|
Alfian Mubarak
|
Ayat yang Berkaitan dengan Akal dan
Wahyu
|
3
|
J410130105
|
Ryan Ardhi Susilo
|
Kedudukan dan Fungsi Akal dan Wahyu
dalam Memahami Islam
|
4
|
J410130097
|
Kurniawan Rahmadika
|
Pandangan filsuf tentang akal dan
Wahyu
|
B.
Pendahuluan
Di dalam ajaran agama yang diwahyukan ada dua jalan untuk memperoleh
pengetahuan, pertama, jalan wahyu dalam arti komunikasi dari Tuhan kepada
manusia, dan kedua jalan akal, yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia, dengan
memakai kesan-kesan yang diperoleh panca indera sebagai bahan pemikiran untuk
sampai kepada kesimpulan-kesimpulan. Pengetahuan yang dibawa wahyu diyakini
bersifat absolut dan mutlak benar, sedang pengetahuan yang diperoleh melalui
akal bersifat relatif, mungkin benar dan mungkin salah.
Alloh telah menciptakan manusia dengan banyak hidayah dan anugerah,
beberapa di antaranya yang menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk
lainnya adalah akal dan wahyu dimana hanya manusialah yang memiliki hal
tersebut, berbeda dengan hewan yang hanya memiliki nafsu saja.
Hidayah berupa akal dan wahyu tersebut sudah dimiliki manusia sejak lahir
dan merupakan anugerah yang di berikan oleh Allah kepada manusia, namun manusia
diberikan kebebasan oleh Allah untuk mau menerimanya ataupun menolaknya. Jika
manusia menerima wahyu tersebut maka ia akan mendapatkan bimbingan untuk akal
atau rasionya yang terkadang ragu-ragu dan mengalami kekacauan.
Al-Quran memberikan dorongan bagi manusia untuk menggunakan akalnya dalam
bertindak karena akal merupakan barometer keberadaan manusia. Jika manusia
tidak menggunakan akalnya maka hilanglah sifat kemanusiaannya namun penggunaan
secara berlebih juga akan dapat menyesatkan manusia dalam dosa. Oleh sebab itu
al-Quran memberikan manusia tuntunan tentang cara penggunaan akal. Adapun wahyu
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu wahyu langsung (al-Qur’an) dan wahyu tidak
langsung (al-Sunnah) dimana keduanya memiliki kedudukan yang sama namun tingkat
akurasinya yang berbeda karena proses pembakuan dan pembukuan.