PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR VI
SPRAYING (PENYEMPROTAN)
A.
PENDAHULUAN
Penyakit yang berasal dari nyamuk masih
menjadi permasalahan yang belum dapat diatasi di Indonesia. Penyakit malaria,
DBD, dan Cikungunya kejadian penyakitnya tidak berkurang bahkan bertambah
disetiap daerah di Indonesia. Saat ini Indonesia mulai berbenah dalam
pemberantasan vektor dari penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Pemerintah
memberikan solusi kepada masyarakat dengan melakukan spraying untuk mencegah
nyamuk masuk dan menempel didinding rumah.
Mengingat
seringnya nyamuk masuk kedalam rumah dan menempel di tembok rumah merupakan
salah satu hal yang bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan vektor nyamuk.
Caranya adalah dengan melakukan spraying. Spraying yaitu proses penyemprotan
insektisida ke dinding-dinding rumah
sehingga nyamuk yang menempel pada dinding rumah akan mati sebelum menularkan
penyakit pada manusia. Spraying dewasa ini digunakan sebagai pelengkap dari
beberapa aksi yang digunakan untuk memberantas nyamuk yaitu PSN, fogging, 3M+
dan spraying. Spraying
(penyemprotan) ini bertujuan memotong siklus hidup nyamuk Anopheles dewasa. Dengan dilakukannya spraying
masyarakat di wilayah penyemprotan akan aman untuk sementara dari gigitan
nyamuk. Penyemprotan terutama di dinding rumah akan langsung kelihatan hasilnya
dalam hitungan menit. Beberapa serangga kecil akan kelihatan mati berjatuhan di
lantai. Bahkan serangga yang sekuat kecoa juga mati Hasil spraying akan lumayan jika penyemprotan
dilakukan secara merata dan sistematis dalam satu wilayah.
Namun ternyata penggunaan spraying
tidak boleh dilakukan secara berlebihan, karena dapat menyebabkan resistensi
pada vektor penyakit. Penggunaan spraying haruslah dilakukan jika pada suatu
daerah memang sangat membutuhkan spraying untuk memberantas nyamuk. Selain itu
dibutuhkan pula tenaga ahli dalam pelaksanaannya karena tingkat ketebalan dari
lapisan insektisida ditembok akan sangat mempengaruhi keberhasilan dari
spraying. Jika terlalu tipis lapisannya maka nyamuk tidak akan mati, namun jika
terlalu tebal dapat menyebabkan resistensi pada nyamuk. Oleh sebab itu perlu
dipelajari lebih lanjut mengenai cara melakukan spraying agar hasil spraying
dapat membunuh nyamuk seefektif mungkin.
B.
TUJUAN
1.
Tujuan
Instruksional Umum
Setelah
selesai mengikuti kegiatan belajar ini mahasiswa mampu menyelenggarakan
kegiatan penyemprotan rumah dengan insektisida (racun serangga) dengan benar.
2.
Tujuan
Instruksional Khusus
a. Setelah
mengikuti kegiatan belajar ini mahasiswa mampu:
b. Menjelaskan
pengertian penyemprotan rumah
c. Menyebutkan
bagian alat semprot (spray-can)
d. Menjelaskan
kebijakan dalam penyemprotan rumah
e. Menjelaskan
kriteria penyemprotan
f. Menjelaskan
faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk mendapatkan dosis insektisida yang
tepat
g. Menjelaskan
tentang cakupan, pemenuhan dosis clan keteraturan penyemprotan
h. Melakukan
supervisi dan evaluasi penyemprotan
i.
Menjelaskan cara pencegahan clan memberi
pertolongan pada kasus keracunan
j.
Melakukan penyemprotan rumah dengan
trampil
C.
TINJAUAN
PUSTAKA
Mewabahnya
penyakit demam berdarah di seluruh Indonesia akhir-akhir ini bukan hanya
disebabkan oleh sikap dan pola hidup tidak higienis. Pemansan global juga
memicu pertumbuhan nyamuk sebagai pembawa penyakit tersebut, dalam hal ini
nyamuk dapat bertahan hidup dan berkembang di daerah yang sebelumnya tidak
mungkin. Pemanasan global membuat nyamuk yang selama ini hidup di daerah panas
dan daerah dengan ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan laut,
mampu berkembang biak dan bertahan hidup di luar daerah-daerah tersebut. Juga
hal ini membuat daya tahan nyamuk Aedes aegyptie
makin kuat. Siklus hidup makin cepat, dan populasi nyamuk tentu saja meningkat
pesat. (Anies, 2006: 25).
Pada
penyakit demam berdarah dengue (DBD) tidak terjadi siklus perubahan hidup namun
hanya terjadi multiplikasi virus DBD dalam tubuh nyamuk Aedes aegyptie sebagai pejamu intermediate atau karier untuk
menularkan kepada orang lain (Chandra, Budiman. 2006: 56). Faktor lingkungan
sangat mempengaruhi baik manusia maupun nyamuk. Faktor lingkungan yang dimaksud
adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk berada yang memungkinkan terjadinya
penularan malaria setempat (indigenous), lingkungan tersebut terbagi
atas lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan biologik dan lingkungan
sosial budaya.
1.
Lingkungan fisik : meliputi suhu,
kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari dan arus air.
2.
Lingkungan kimia : meliputi kadar garam
yang cocok untuk berkembangbiaknya nyamuk Anopheles sundaicus.
3.
Lingkungan biologik : adanya tumbuhan,
lumut, ganggang, ikan kepala timah, gambusia, nila sebagai predator jentik Anopheles
spp, serta adanya ternak sapi, kerbau dan babi akan mengurangi
frekuensi gigitan nyamuk pada manusia.
4.
Lingkungan sosial budaya : meliputi
kebiasaan masyarakat berada di luar rumah, tingkat kesadaran masyarakat
terhadap bahaya penyakit malaria dan pembukaan lahan dengan peruntukannya yang
memengaruhi derajat kesehatan masyarakat dengan banyak menimbulkan breading
places potensial untuk berkembangbiaknya nyamuk Anopheles spp
(Depkes, 2003: 42).
Menurut
DEPKES RI (2003:45) Penyemprotan rumah dengan efek residual (IRS = Indoor
Residual Spraying) telah lama dilakukan dalam pemberantasan malaria di
Indonesia. Sampai sekarang cara ini masih dipakai karena dipandang paling tepat
dan besar manfaatnya untuk memutuskan transmisi, murah dan ekonomis. Penyemprotan
IRS adalah suatu cara pemberantasan vektor dengan menempelkan racun serangga
tertentu dengan jumlah (dosis) tertentu secara merata pada permukaan dinding
yang disemprot dengan tujuan untuk memutus rantai penularan karena umur nyamuk
menjadi lebih pendek sehingga tidak sempat menghasilkan sporozoit didalam
kelenjar ludahnya. Dalam melaksanakan penyemprotan IRS (indoor residual
spraying) diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut :
1.
Cakupan bangunan yang disemprot (coverage)
Rumah
atau bangunan dalam daerah tersebut harus diusahakan agar semuanya disemprot.
Yang dimaksud rumah atau bangunan yaitu tempat tinggal yang digunakan malam
hari untuk tidur.
2.
Cakupan permukaan yang disemprot (completeness)
Cakupan
permukaan yang disemprot adalah semua permukaan (dinding, pintu, jendela,
almari dsb) yang seharusnya disemprot.
3.
Pemenuhan dosis (sufficiency)
Dosis yang
dipergunakan yaitu dosis sesuai petunjuk pemakaian yang tertera pada tiap saset
insektisida.
Untuk
memperoleh hasil yang maksimal dari kegiatan tersebut diperlukan pengetahuan
dan keterampilan mengenai tujuan penyemprotan, syarat-syarat yang harus
dipenuhi dalam penyemprotan, cara membuat suspensi dan cara menyemprot.
Pestisida adalah semua bahan kimia,
binatang maupun tumbuh-tumbuhan yang dipergunakan untuk mengendalikan hama.
Secara umum pestisida dapat didefinisikan sebagai bahan yang dipergunakan untuk
mengendalikan jasad hidup yang dianggap hama (pest) yang secara langsung
ataupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia. Tujuan operasional penyemprotan
adalah menempelkan racun serangga tertentu dengan jumlah (dosis) tertentu secara
merata pada permukaaan yang disemprot (Depkes RI, 2007:35)
D.
ALAT
DAN BAHAN
1.
Alat
a.
Spray-can : Alat semprot (Spray-can) yang digunakan untuk
kegiatan penyemprotan rumah adalah merek Hudson X-pert dengan karakteristik
sebagai berikut :
·
Kapasitas tangki :
3 US Gallon 11,36 liter
·
Tinggi tangki :
56 cm
·
Berat tangki :
5 kg
·
Sabuk penyadang :
panjang 1 m, lebar 5 cm , tebal 3mm
b.
APD (Alat Pelindung Diri)
c.
Respirator (masker)
d.
Alat ukur (lidi/kayu
46 cm)
2.
Bahan
a.
Air
b.
Insektisida
(Bahan kimia/Bendiocrab)
E.
HASIL
Dalam melakukan spraying seorang yang bertugas melakukan spraying
harus mengerti seluk beluk dari alat yang digunakan. Cara spraying meliputi
beberapa hal yaitu perencanaan, perijinan, persiapan dan pelaksanaan. Dimulai
dari sebelum penyemprotan, yang kita lakukan adalah membuat
rencana kerja secara terpirinci yang kemudian nantinya akan dikirimkan kepada
Kepala Desa untuk disetujui dan dikirimkan minimal 3 hari sebelum dilaksanakannya
penyemprotan pada suatu desa. Setelah mendapatkan persetujuan, maka langkah
yang harus dilaksanakan selanjutnya adalah memperkirakan jumlah insektisida
yang akan digunakan dan harus mencakup seluruh rumah yang ada di desa yang akan
dilaksanakan spraying tersebut.
Pada
Hari Penyemprotan, yang perlu dilakukan adalah mengeluarkan makan, minuman dan
binatang yang ada di dalam rumah. Sebab jika tetap berada didalam rumah
dikhawatirkan akan terkontaminasi dengan insektisida dari alat spraying. Oleh
sebab itu sebelum melakukan spraying maka perlu untuk menghimbau masyarakat
untuk mengeluarkan makanan, minuman dan juga binatang yang berada didalam
rumah. Selain makanan dan binatang, perlu juga untuk meminta warga untuk
menutup perabotan rumah tangga seperti kasur, bantal, selimut dan
pakaian-pakaian yang bergelantungan supaya dikeluarkan dulu. Demikian pula bila
ada burung, aquarium dan lain-lain. Bila akan menyemprot kandang, terlebih
dahulu binatangnya harus dikeluarkan.
Dalam
menggunakan alat untuk spraying ini sederhana yaitu dengan membuka penutup
tangkinya lalu mengisinya dengan cairan insektisida, ditutup kembali. Kita
pompa sampai tekanan menunjukkan angka 50 pascal.
Selama
Penyemprotan, semprot permukaan dinding secara naik turun bermotif seperti
ular. Dinding yang harus disemprot adalah setinggi 3 meter, bila tinggi
melebihi 3 meter, cukup hanya menyemprot 3 meter saja dari bawah. Tapi, bila
tinggi dinding kurang dari 3 meter, maka penyemprotan dilakukan secara
menyeluruh. Tutuplah pintu dan jendela ruangan yang sedang disemprot tapi
bukalah jendela dan pintu lain agar penyemprot tidak bekerja diruang tertutup.
Sesudah
Penyemprotan, beritahukan kepada pemilik rumah agar racun serangga yang
menempel di dinding tidak dihapus serta kaca-kaca dan lantai yang terkena racun
serangga boleh dibersihkan dan racun serangga hasil pembersihan harus ditanam.
Memberitahukan kepada pemilik rumah agar selama enam bulan berikutnya jangan
dulu mengapur dinding. Tidak lupa juga untuk Spray-can dan peralatan lainnya
supaya dibersihkan. Hati-hati membuang air bekas membersihkan spary-can dan
alat-alat lainnya jangan sampai mencemari kolam ikan dan sumber air penduduk.
Penghuni rumah baru boleh masuk ke dalam rumah satu jam setelah penyemprotan.
Bila ada serangga yang mati setelah penyemprotan agar disapu dan dikumpulkan
kemudian dikubur.
F.
PEMBAHASAN
Upaya
pengendalian vektor dengan cara spraying sangat cocok dilaksanakan dalam
kondisi:
1. Penanggulangan
wabah / Kejadian Luar Biasa (KLB) dimana peran vektor dalam menularkan bibit
penyakit dapat diputus pada setiap fase hidup vektor.
2. Terhadap
vektor / serangga sasaran pengendalian sesuai kesukaan menggigit dan tempat
menggigit (feeding).
3. Pada
beberapa daerah pedesaan dan kota yang belum memiliki tata ruang (landscape)
yang baik untuk mencegah keberadaan vektor.
4. Penggunaan
larvasida yang menimbulkan kekhawatiran pencemaran konsumsi air bersih.
5. Pengendalian
juga memberi gambaran upaya bermakna dalam membatasi dan menekan populasi,
pergerakan dan distribusi vektor serta pola penularan penyakit berdasarkan
prinsip-prinsip epidemiologis.
Nyamuk Anopheles
sebagai vektor penyakait malaria banyak terdapat di rawa-rawa, saluran-saluran
air, dan permukaan air yang terkena sinar matahari. Ia bertelur di permukaan
air. Nyamuk ini hinggap dengan posisi menukik atau membentuk sudut. Sering
hinggap di dinding rumah atau kandang. Pada saat menggigit biasanya dilakukan
saat malam hari. Oleh karena itu, untuk mengendalikan vektor nyamuk Anopheles perlu dilakukan spraying
dengan cara menyemprotkan bahan yang terdapat dalam spraycan ke dinding rumah.
Nyamuk Aedes paling sering hinggap di baju-baju
yang menggantung dan berada di tempat-tempat gelap, seperti di bawah tempat
tidur. Selain juga suka bertelur di air yang bersih, seperti di tempayan, bak
mandi, vas bunga, dan lainnya. Telur atau jentik nyamuknya bisa bertahan selama
2-3 bulan.
Nyamuk ini
menggigit di pagi dan sore hari, antara pukul 08.00-12.00
dan 15.00-17.00. Bila nyamuk ini sudah menggigit orang atau binatang, pada hari
ketiga nyamuk tersebut akan bertelur, dan dua hari kemudian menetas. Setelah 8
hari, jentik tersebut sudah jadi nyamuk. Selama itu, 2 hari sekali nyamuk
bertelur, sehingga si betina akan mencari darah lagi. Jika nyamuk itu menggigit
seorang penderita demam berdarah, maka kurang lebih dalam 10 hari nyamuk
tersebut sudah infektif atau mengandung virus demam berdarah. Bila menggigit
orang, virusnya akan masuk ke tubuh orang yang digigit. Virus demam berdarah
akan ada selama nyamuk itu hidup. Karena setiap 2 hari sekali dia menggigit,
maka virusnya bisa masuk ke orang lain lagi. Demikian terus penyebarannya, paling
jauh nyamuk ini terbang dalam radius kurang lebih 50-100 meter ke kanan-kiri
sekitar rumah. Jadi telur nyamuk demam berdarah bisa berada sekitar itu. Oleh karena
itu, bila sudah ada kasus demam berdarah di sekitar rumah kita, segeralah
dilakukan pengasapan. Maksudnya, untuk membunuh nyamuk yang mengandung
virus/nyamuk yang infektif, supaya tak ada penularan demam berdarah.
Spraying sebenarnya
kurang efektif apabila tidak ditindaklanjuti dengan gerakan 3M
dan PSN. Efektifitas spraying akan tinggi jika spraying dilakukan pada waktu
sore hari karena pada saat itu biasanya nyamuk keluar dari tempat
persembunyiannya
G.
KESIMPULAN
1.
Spraying merupakan langkah yang cocok dilakukan pada
daerah dengan KLB, fungsinya adalah untuk memutus rantai penularan.
2. Alam
melakukan spraying harus dilakukan oleh ahli sebab jika tidak maka akan terjadi
hal yang sangat fatal. Jika terlalu tipis nyamuk tidak akan mati sedangkan jika
terlalu tebal akan terjadi resistensi.
3. Dalam
pelaksanaan spraying harus memiliki ketebalan yang sama pada dinding. Cara
membuat ketebalan yang sama adalah dengan bergerak kedepan dan kebelakang
secara berirama.
4. Spraying
adalah cara yang efektif untuk membasmi nyamuk akan tetapi membutuhkan dana
yang banyak dan juga keahlian dalam menggunakan spray-can.
5. Pada
saat melakukan spraying dibutuhkan ketelitian dan keseriusan agar dapat
berjalan dengan baik dan efektif.
6. Kegiatan
pemberantasan nyamuk tidak akan efektif jika hanya melakukan spraying saja,
namun harus ditindak lanjuti juga dengan kegiatan lainnya yaitu dengan PSN, 3M+
dan bisa juga ditambah dengan fogging.
DAFTAR
PUSTAKA
Anies.
2006. Manajemen Berbasis Lingkungan.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas.
Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2003. Pencegahan dan
Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta ; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2007. Modul Pelatihan
bagi Pengelolan program Pen gendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Jakarta; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
terimakasih naru chigo, artikelmu sangat bermanfaat
ReplyDelete