BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Indonesia, negara kepulauan terbesar terbesar di
dunia, berada di garis depan melawan penyakit yang mematikan yaitu avian
influenza atau AI. Penyakit yang lebih dikenal sebagai flu burung ini
disebabkan oleh virus H5N1 yang secara umum lebih banyak ditemukan pada unggas.
Sejak tahun 2003, penyakit ini telah menyebar dari burung-burung di Asia ke
Timur Tengah, Eropa dan Afrika. Dalam kasus-kasus yang tertentu, manusia juga
dapat terkena penyakit ini, umumnya karena berhubungan dengan unggas-unggas
yang sakit. Sampai saat ini, kasus AI pada manusia sudah tercatat di seluruh
dunia, dan lebih dari 200 diantaranya meninggal dunia.
Kematian-kematian yang tragis tersebut hanyalah ujung
dari gunung es. Saat ini H5N1 tidak menular dengan mudah dari unggas ke
manusia, atau dari manusia ke manusia. Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa
H5N1 memiliki potensi untuk menjadi penyebab pandemi influenza di dunia. Jika
terjadi pandemi, jumlah orang yang terkena dan kematian akan sangat banyak,
diikuti dengan dampak-dampak ekonomi dan sosial, akhirnya terjadilah krisis
kesehatan yang mencakup seluruh dunia. Indonesia saat ini berada di tengah
krisis flu burung. Kasus flu burung pertama kali dilaporkan Indonesia pada
tahun 2003. Penyakit ini sekarang endemis di populasi ayam dibeberapa daerah di
Indonesia, jutaan unggas mati karena penyakit ini dan juga dimusnahkan sebagai
wujud penanganan kasus penularan flu burung.
Untuk kasus flu burung pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun
2005. Sejak itu Indonesia sudah mencatat lebih dari 130 kasus flu burung pada
manusia dan lebih dari 110 korban meninggal – paling tinggi di dunia. Di
Indonesia, anak-anak merupakan salah satu kelompok yang paling beresiko terkena
penyakit ini karena sekitar 40 persen dari korban flu burung adalah mereka yang
berusia dibawah 18 tahun.
Oleh sebab itu, mengingat bahaya yang dapat terjadi disusunlah makalah
ini untuk membahas secara lebih terperinci baik pencegahan, cara penularan dan
bahaya dari penyakit flu burung yang semakin merebak dalam masyarakat di
Indonesia.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan virus flu burung.?
2. Apakah penyebab penyakit flu burung.?
3. Bagaimana epidemologi dari penyakit flu burung ?
4. Apa saja faktor resiko dari penyakit flu burung ?
5. Bagaimana cara penularan/penyebaran
flu burung ?
6. Bagaimana penanggulangan penyakit flu burung.?
7. Bagaimana pencegahan penyakit flu burung.?
8. Apa saja hambatan dalam penanggulangan penyakit flu
burung.?
C.
TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang virus flu burung
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit flu burung
3. Untuk mengetahui epidemologi dari penyakit flu
burung
4. Untuk mengetahui faktor resiko terjadinya flu burung
5. Untuk mengetahui
cara penularan/penyebaran flu burung
6. Untuk mengetahui cara penanggulangan penyakit flu
burung
7. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit flu burung
8. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang terdapat
dalam penanggulangan penyakit flu burung
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Flu Burung
Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah
penyakit unggas yang menular disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae.
Virus ini paling umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun,
Itik, Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis burung liar. Beberapa virus flu
burung juga diketahui bisa menyerang mamalia, termasuk manusia (Darel W. 2008 :
17).
Flu burung adalah
penyakit influenza pada unggas, baim burung, bebek, ayam, serta beberapa
binatang seperti babi. Data lain menunjukkan penyakit ini juga dapat pula mengena
pada burung puyuh dan burung onta. Penyakit pada binatang ini telah ditemukan
sejak 100 tahun lalu di Italia, tepatnya 1878. Pada tahun 1924-1925 wabah ini
merebak di Amerika Serikat. (Tjandra. 2005 : 2).
Virus influenza merupakan virus RNA termasuk dalam
famili Orthomyxoviridae. Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari
8 segmen gen yang mengkode sekitar 11 jenis protein. Virus influenza mempunyai
selubung/simpai yang terdiri dari kompleks protein dan karbohidrat. Virus ini
mempunyai tonjolan (spikes) yang digunakan untuk menempel pada reseptor
yang spesifik pada sel-sel hospesnya pada saat menginfeksi sel. Terdapat 2
jenis spikes yaitu yang mengandung hemaglutinin (HA) dan yang mengandung
neuraminidase (NA), yang terletak dibagian terluar dari virion (Horimoto T,
Kawaoka Y. 2001 :129-149).
Menurut (soejoedono,et
al., 2005) avian influenza (flu burung) adalah penyakit menular yang dapat
terjadi pada unggas dan mamalia yang disebabkan oleh virus infl uenza tipe A.
Virus influenza tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya
Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Virus flu burung yang sedang berjangkit
saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3–5 hari.
Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman,
dan sentuhan. Perilaku hidup bersih dan sehat misalnya mencuci tangan dengan
antiseptic, kebersihan tubuh dan pakaian, dan memakai alat pelindung diri (APD)
waktu kontak langsung dengan unggas dapat mencegah penularan virus AI.
B.
Penyebab
/ Etiologi Penyakit Flu Burung
Penyebab flu burung adalah virus influenza dari famili Orthomyxoviridae yang termasuk tipe A subtipe H 5, H 7, dan H 9.
Virus H9N2 tidaklah menyebabkan penyakit berbahaya pada burung, tidak seperti H5
dan H7. Virus flu burung atau avian influenza hanya ditemukan pada binatang
seperti burung, bebek dan ayam, namun sejak 1997 sudah mulai dilaporkan
“terbang” pula ke manusia. Subtipe virus yang terakhir ditemukan yang ada di
negara kita adalah jenis H5N1.
Gejala penyakit flu burung pada manusia
adalah demam, anoreksia, pusing, gangguan pernafasan (sesak), nyeri otot dan mungkin konjungtivitis yang terdapat pada penderita
dengan riwayat kontak dengan unggas yang terinfeksi semisal peternak atau
pedagagang unggas. Gejalanya tidak khas dan mirip gejala flu lainnya, tetapi
secara cepat gejala menjadi berat dan dapat menyebabkan kematian karena terjadi
peradangan pada paru (pneumonia).
Gejala pada unggas yang terinfeksi diantaranya jengger dan pial
kebiru-biruan, keluar darah dari hidung, feses kehijau-hijauan dan banyak
mengandung air, pada paha sering terdapat bercak-bercak darah, kematian unggas
serentak terjadi dalam hitungan hari selain itu, pada burung liar akan menjadi
karier.
C.
Epidemologi
Data epidemiologi yang berhubungan dengan penyakit flu burung sampai bulan
juni 2007 sebanyak 313 orang di seluruh dunia telah terjangkit virus AI dengan
191 diantaranya meninggal (CFR=61%). Kasus penyakit ini meningkat dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2003 tercatat 4 kasus kemudian berkembang menjadi 46 kasus
(2004), 97 kasus (2005), 116 kasus (2006) dan pada tahun 2007 tertanggal 15
juni sudah dilaporkan terjadi 50 kasus dengan angka kematian 66%. Negara yang
terjangkit sebagian besar adalah negara-negara di Asia (Thailand, Kamboja,
Vietnam, Cina dan Indoneisa) tetapi sekarang sudah menyebar ke Irak dan Turki.
Prevalensi Kasus Avian Infuenza
Kasus AI di Indonesia bermula dari
ditemukannya kasus pada unggas di Pekalongan Jawa Tengah pada bulan Agustus
2003. Sampai tahun 2006 penyakit ini sudah menyerang unggas di 29 provinsi yang
mencakup 291 kabupaten/kota. Daerah-daerah yang memiliki populasi unggas yang
padat dan diikuti populasi penduduk yang padatlah yang akan mengalami banyak
kasus pada manusia.
Di Indonesia sejak Juli 2005 sampai
dengan pertengahan Juni 2007 tercatat terdapat 100 kasus dengan 80 kematian
(CFR=80%). Sebagian besar kasus berasal dari Jawa dan Sumatra. Provinsi
terbanyak yang terjangkit penyakit ini adalah Jawa Barat, DKI Jakarta dan
Banten. Penyakit ini sudah berjangkit di 11 provinsi dan 37 kabupaten/kota.
D.
Faktor Resiko
Faktor resiko terbesar flu burung adalah mengalami kontak dengan unggas
yang sakit atau dengan permukaan yang terkontaminasi oleh bulu,air liur,atau
kotoran milik unggas yang terinfeksi. Dalam beberapa kasus yang sangat langka,
flu burung dilaporkan ditularkan dari satu manusia ke yang lain. Pola penularan
dari manusia ke manusia masih misterius. Berbagai orang dari segala usia yang
terjangkit dilaporkan meninggal setelah mengalami infeksi.
E.
Penularan/Penyebaran
Meskipun reservoir alami virus AI adalah unggas liar yang sering bermigrasi
(bebek liar), tetapi hewan tersebut resisten terhadap penyakit ini. Menurut
WHO, kontak hewan tersebut dengan unggas ternak menyebabkan epidemik flu burung
dikalangan unggas. Penularan penyakit terjadi melalui udara dan ekskret
(kotoran, urin, dan ingus) unggas yang terinfeksi.
Virus AI dapat hidup selama 15 hari diluar jaringan hidup. Virus pada
unggas akan mati pada pemanasan 80áµ’C selama satu menit dan virus pada telur
akan mati pada suhu 64áµ’C selama lima menit. Virus akan mati dengan pemanasan
sinar matahari dan pemberian desinfektan.
Secara genetik virus influenza tipe A sangat labil dan tidak sulit
beradaptasi untuk menginfeksi spesies sasarannya. Virus ini tidak memiliki
sifat proof reading, yaitu kemampuan
untuk mendeteksi kesalahan yang terjadi dan memperbaiki kesalahan pada saat replikasi.
Ketidakstabilan sifat genetik virus inilah yang mengakibatkan terjadinya
strain/jenis/mutan virus yang baru. Akibat dari proses tersebut virulensi virus
AI dapat berubah menjadi lebih ganas dari sebelumnya.
Karakteristik lain dari virus ini adalah kemampuannya bertukar, bercampur,
dan bergabung dengan virus influenza strain lain sehingga menyebabkan munculnya
strain baru yang bisa berbahaya bagi manusia. Mekanisme ini juga menyebabkan
kesulitan dalam membuat vaksin untuk program penanggulangan.
Mekanisme penularan flu burung pada manusia melalui beberapa cara:
1.
Virus à unggas liar à unggas domestik à manusia.
2.
Virus à unggas liar à unggas domestik à babi à manusia.
3.
Virus à unggas liar à unggas domestik à (dan babi) à manusia à manusia.
Sampai bulan Maret 2006, penularan dari manusia ke manusia lain (human to human transmission) masih
sangat jarang. Meskipun demikian, para ahli mengkhawatirkan adanya kasus-kasus
kalster keluarga karena merupakan indikator penualaran antar manusia. Munculnya
kasus-kasus klaster dalam skala kecil dan simultan yang diikuti klaster-klaster
skala besar merupakan tanda munculnya pandemi.
F.
Penanggulangan
Menurut Ririh (2006:189-192), Melihat adanya kondisi
peternakan yang memburuk akibat adanya wabah flu burung. Departemen Pertanian
mengeluarkan beberapa kebijakan. Kebijakan ini diharapkan membantu peternakan
sehingga dapat menjalankan aktivitas beternak kembali. Departemen Pertanian
mengintruksikan pada segenap jajaran Dinas Peternakan di daerah-daerah untuk
melakukan hal yang sama saat menemukan adanya indikasi flu burung.
1.
Peningkatan
biosekuriti
Strategi
utama yang harus dilaksanakan adalah dengan meningkatkan biosekuriti. Tindakan
karatina atau isolasi harus diberlakukan terhadap peternakan yang tertular.
Kondisi sanitasi di kandang-kandang, lingkungan kandang maupun para pekerja
harus sehat. Kemudian lalu lintas keluar -masuk kandang termasuk orang dan
kendaraan harus secara ketat dimonitor.
Area
peternakan yang sehat diciptakan dengan program desinfeksi secara teratur serta
menerapkan kebersihan pada saat bekerja, misalnya dengan memakai sarung tangan,
masker, dan sepatu panjang.
Program
vaksinasi merupakan tindakan kedua yang dipilih oleh Indonesia di dalam
penanggulangan avian influenza. Vaksinasi dilakukan terhadap hewan yang sehat,
terutama yang berada disekitar peternakan ayam yang terkena wabah ini dilakukan
untuk memberikan kekebalan pada ayam supaya tidak mudah tertular. Vaksinasi
yang digunakan harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan menurut peraturan
perundangan yang berlau. Kemudian vaksin yang boleh diedarkan dan digunakan
adalah vaksin yang mendapat nomor registrasi Departemen Pertanian.
2.
Depopulasi
Istilah
”depopulasi” adalah tindakan memusnakan unggas atau hewan yang sakit secara
terbatas. Ada berbagai cara yang dapat ditempuh sebagai upaya pemusnahan ini.
Pertama, adalah dengan menguburkan unggas yang mati akibat avian influenza.
Kedua , peternak dapat melaksanakan depopulasi dengan membakar unggas yang mati
akibat terserang penyakit tersebut. Tujuan utama dari tindakan ini adalah untuk
memutuskan siklus penyakit.
Tempat
dimana dilaksanakan pemusnahan hewan seharusnya ditutup kembali kemudian
disiram dengan air kapur atau desinfektan. Seperti diketahui bahwa dalam
mengkaji suatu penyakit, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu pertama
adalah agent atau penyebab penyakit, dalam hal ini virus avian influenza. Kedua
adalah induk semang atau inang, dalam kasus ini yang bertindak sebagai inang
adalah unggas, babi, bahkan manusia bila virus menginfeksi .
Hal
ketiga yang harus diperhatikan adalah lingkungan (enviromental). Lingkungan
inilah tempat agent dan inang melakukan interaksi. Jadi bila lingkungan tidak
memberikan peluang maka suatu penyakit atau wabah tidak akan terjadi.
3.
Melakukan
pengawasan produk unggas
Daging,
telur, dan karkas unggas perlu diawasi untuk mencegah penyebaran virus yang
masih aktif dan menempel pada produk tersebut. Jika produk mengandung virus
yang masih aktif dikhawatirkan akan berpindah ke unggas atau bahkan orang.
Beberapa langkah yang dapat digunakan untuk memperoleh daging yang aman dari
flu burung antara lain sebagai berikut:
a. Pilih
daging yang tidak terdapat bercak merah di bawah kulit .
b. Pilihlah
daging segar. Bau daging segar biasanya khas atau tidak berbau anyir.
c. Pilih
daging yang tidak lembek.
d. Pastikan
dalam pengolahannya benar-benar matang.
4. Memantau lalu lintas unggas
Kiriman unggas yang dipesan dari luar
daerah tempat pemesan perlu dipantau dan diperiksa. Hal ini dilakukan untuk
mencegah masuknya bibit endemik dari luar daerah. Pemeriksaan dilakukan dengan
mengamati kondisi fisik, kesehatan hewan serta melakukan uji laboratorium
sampel darah unggas terhadap kemungkinan avian influenza.
Dalam kondisi wabah seperti sekarang ini
maka pengendalian juga berdasarkan perwilayahan ( zoning), ada 3 (tiga) pembagian wilayah dalam upaya
pengendalian:
a.
Daerah tertular; daerah yang sudah
dinyatakan ada kasus secara klinis
dan hasil uji laboratorium.
b.
Daerah terancam; daerah yang berbatasan
langsung dengan daerah tertular atau tidak memilki batasan alam dengan daerah
tertular.
c.
Daerah bebas; daerah yang dinyatakan
masih belum ada kasus secara klinis mapun secara uji laboratorium, atau
memiliki batas alam (propinsi, pulau).
Pembagian wilyah ini
merupakan upaya dalam pengendalian suatu wabah sehingga secara sistematik
mendukun g program pengendalian. Dalam teknis pelaksanaannya harus
dikombinasikan dengan program-program yang lain. Tujuan pengendalian dan pemberantasan
sebagai berikut:
a.
Mengendalikan wabah dengan menekan kasus
kematian unggas
b.
Mengendalikan dan mengurangi perluasan
penyakit ke wilayah lain di Indonesia.
c.
Mempertahankan wilayah yang masih bebas.
d.
Mencegah penularan penyakit ke manusia
dengan menghilangkan sumber penyakit.
5. Melakukan sosialisasi
Sosialisasi flu burung dilakukan dengan
peny uluhan ke peternakan di masing-masing daerah. Adanya sosialisasi
diharapkan warga di sekitar lokasi peternakan mengerti dan paham akan bahaya flu
burung. Dengan demikian, masyarakat akan menjaga kondisi lingkungan dan
kesehatannya. Pengertian masyarakat akan bahaya flu burung diharapkan membuat
tahu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menghadapi flu burung.
G.
Pencegahan
Menurut Ririh (2006:
187-188) Tindakan pencegahan yang bisa kita lakukan adalah:
1.
Menjaga kebersihan diri sendiri antara
lain mandi dan sering cuci tangan dengan sabun, terutama yang sering
bersentuhan dengan unggas.
2.
Membersihkan lingkungan sekitar tempat
tinggal kita.
3.
Menggunakan Alat Pelindung Diri (masker,
sepatu, kaca mata dan topi serta sarung tangan) bagi yang biasa kontak dengan unggas.
4.
Melepaskan sepatu, sandal atau alas kaki
lainnya di luar rumah.
5.
Bersihkan alat pelindung diri dengan de
terjen dan air hangat, sedangkan benda yang tidak bisa kita bersihkan dengan
baik dapat dimusnahkan.
6.
Memilih unggas yang sehat (tidak
terdapat gejala flu burung) hindari membeli unggas dari daerah yang diduga
tertular flu burung.
7.
Memilih daging unggas yang baik yaitu
segar, kenyal (bila ditekan daging akan kembali seperti semula), bersih tidak berlendir,
berbau dan bebas faeces dan kotoran unggas lainnya serta jauh dari lalat dan serangga
lainnya.
8.
Sebelum menyimpan telur unggas dicuci
lebih dulu agar bebas dari faeces dan kotoran unggas lainnya.
9.
Memasak daging dan telur unggas hingga
70 ºC sedikitnya selama 1 menit. Sejauh ini bukti ilmiah yang ada mengatakan aman
mengkonsumsi unggas dan produknya asal telah dimasak dengan baik.
10. Pola
hidup sehat secara umum dapat mencegah flu seperti istirahat cukup untuk
menjaga daya tahan tubuh ditambah dengan makan dengan gizi seimbang serta olah
raga teratur dan jangan lupa komsumsi vitamin C.
11. Hindari
kontak langsung dengan unggas yang kemungkinan terinfeksi flu burung, dan
laporkan pada petugas yang berwenang bila melihat gejala klinis flu burung pada
hewan piaraan.
12. Tutup
hidung dan mulut bila terkena flu agar tidak menyebarkan virus.
13. Pasien
influenza dianjurkan banyak istirahat, banyak minum dan makan makanan bergizi.
14. Membawa
hewan ke dokter hewan atau klinik hewan untuk memberikan imunisasi.
15. Sering
mencuci sangkar atau kurungan burung dengan desinfektan dan menjemurnya dibawah
sinar matahari, karena sinar ultra violet dapat mematikan virus flu burung ini.
16. Apabila
anda mengunjungi pasien flu burung, ikuti petunjuk dari petugas rumah sakit
untuk menggunakan pakaian pelindung (jas lab) masker, sarung tangan dan
pelindung mata. Pada waktu meninggalkan ruangan pasien harus melepaskan semua alat
pelindung diri dan mencuci tangan dengan sabun.
17. Bila
ada unggas yang mati mendadak dengan tanda –tanda seperti flu burung harus
dimusnahkan dengan cara dibakar dan dikubur sedalam 1 meter.
H.
Hambatan dan Kesulitan
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memberantas penyakit flu
burung yang sangat ditakuti oleh masyarakat sehubungan dengan tingkat kematian
tinggi pada unggas dan menyebabkan kerugian sangat besar pada industri
perunggasan di Indonesia, penularan penyakit pada manusia, dan mengganggu
perokonomian nasional.
Belum berhasilnya pemberantasan flu burung di Indonesia dikarenakan hal-hal
berikut:
1.
Unggas liar sebagai reservoir
Salah satu kendala
pemberantasan penyakit flu burung adalah flu burung pada unggas liar maupun
domestik tidak menimbulkan gejala klinis apabila terinfeksi. Unggas liar hanya
berfungsi sebagai reservoir, sehingga tubuhnya dapat mengandung virus flu
burung, tetapi tidak menampakkan gejala klinis terserang penyakit flu burung (tampak
sehat).
2.
Sistem peternakan dan pemeliharaan hewan di Indonesia
Sistem peternakan di Indonesia
umumnya masih tradisional. Mayoritas tiap keluarga di Indonesia, terutama di
desa, memiliki ayam yang dipelihara dengan dilepas pada waktu siang hari untuk
mencari makan. Ayam yang dilepas akan dapat melakukan kontak dengan unggas liar
yang menjadi reservoir penyakit flu burung maupun kontak dengan material yang
tercemar virus AI, sehingga akan memudahkan penularan penyakit. Apabila satu
saja dari ayam-ayam tertular flu burung dari unggas liar, maka satu flock
mungkin akan tertular semuanya saat sudah kembali dikandangkan.
3.
Gaya hidup masyarakat di Indonesia
Gaya hidup masyarakat Indonesia
yang tidak sehat mungkin menyebabkan penyakit flu burung mudah sekali menyebar.
Kita harus mulai menghilangkan gaya hidup seperti membiarkan kandang kotor,
letaknya dibawah atau sangat dekat degan rumah, membiarkan unggas masuk kedalam
rumah, tidak berganti pakaian yang bersih setelah menangani unggas, dan
lain-lain.
4.
Pelanggaran terhadap aturan pemerintah tentang lalu
lintas hewan
Di Indonesia, umumnya lalu
lintas hewan khususnya ternak maupun produk-produknya yang merupakan sumber
penularan virus flu burung, masih ditemukan banyak pelanggaran yang akan
memudahkan virus flu burung menyebar kemana-mana.
5.
Banyak masyarakat yang belum tahu tentang flu burung
Sampai saat ini, kesadaran
masyarakat untuk ikut menyukseskan program pemerintah dalam pengendalian flu
burung masih kurang. Hal ini karena rata-rata tingkat pendidikan masyarakat
yang masih rendah terutama di desa-desa terpencil sehingga mereka umumnya pasif
dan tidak mau berusaha mencari informasi jika pemerintah tidak melakukan
sosialisasi lebih intensif.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Flu Burung (Avian Influenza - AI) adalah
penyakit unggas yang menular disebabkan virus influenza tipe A dari keluarga Orthomyxoviridae.
Virus ini paling umum menjangkiti unggas (misalnya ayam peliharaan, Kalkun,
Itik, Puyuh, dan Angsa) juga berbagai jenis burung liar.
Flu burung termasuk jenis
penyakit yang sangat menular, menular dengan sangat cepat dan dapat menyebabkan
kematian. Penanggulangan penyakit ini harus cepat, tepat, dan cermat karena
dapat menyebabkan kematian pada unggas dengan cepat. Selain pada unggas,
penyakit ini juga dapat menyerang pada manusia. Penanggulangan pada penyakit
ini dengan menjaga kebersihan, hindari kontak langsung dengan hewan yang
terinfeksi dan memasak hewan unggas untuk konsumsi secara matang.
B.
Saran
Dalam penulisan makalah
Penyakit Flu Burung ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Kami
sebagai penulis membuka kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Informasi-informasi seputar flu burung dalam makalah ini tidak
kami sebutkan semua, namun hanya beberapa yang dapat menunjang penyusunan
makalah. Dan pada akhirnya makalah ini diharapkan dapat membuat masyarakat tahu
akan pentingnya pencegahan dan pemberantasan penyakit flu burung yang terjadi di negara
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Darrell Withworth, dkk. 2008. Burung Liar Dan Flu Burung. Jakarta: FAO
Horimoto T, Kawaoka Y. Pandemic threat
posed by avian influenza A viruses. Clin Microbiol Rev. 2001. 14(1) :
129-149.
Ririh Y, Sudarmaji. 2006. Mengenal Flu Burung dan Bagimana Kita
Menyikapinya. Forum Penelitian, 1 (2): 183-196
Soejoedono, Retno D. dan Ekowati Handharyani, 2005. Flu Burung Seri Agriwawasan. Depok ; Penebar
Swadaya.
Yoga A, Tjandra. 2005. Flu
Burung di Manusia. Jakarta: UI-PRESS
No comments:
Post a Comment