PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR III
TRAPPING (PENJEBAKAN), IDENTIFIKASI,
DAN PENYISIRAN TIKUS
A.
PENDAHULUAN
Tikus
termasuk dalam binatang pengganggu. Namun tikus juga merupakan hewan yang dapat
menyebarkan penyakit kepada manusia (Vektor penyakit. Bagi dunia kesehatan
masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor dapat merugikan kehidupan
manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit.
Adapun dari penggolongan binatang dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan
phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia
yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara
penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia,
serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Penyakit yang ditularkan dapat disebabkan oleh infeksi
berbagai agen penyakit dari kelompok virus, bakteri, protozoa dan cacing.
Penyakit tersebut dapat ditularkan kepada manusia secara langsung oleh ludah,
urin dan fesesnya atau melalui gigitan ektoparasitnya (kutu, pinjal, caplak dan
tungau).
Tikus juga dapat masuk ke dapur dan
buang air kecil di sekitar peralatan masak dan bahan makanan. Akibatnya jika
peralatan tidak dicuci dengan baik dan juga jika makanan yang tercemar oleh
tikus dapat menyebabkan penyakit berbahaya. Keberadaan tikus di rumah–rumah
harus di kontrol secara rutin agar tidak terjadi penyakit yang tidak di
inginkan. Tikus dapat menyebabkan banyak kerusakan di dalam rumah. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai
vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang bertindak
sebagai vektor dan binatang pengganggu. Tikus sebagai vektor penyakit sangat
berpengaruh sebagai penyebab kesehatan pada manusia, untuk itu keberadaan
vektor dan binatang penggangu tersebut harus ditanggulangi, karena kita tidak
mungkin membasmi sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha
mengurangi atau menurunkan populasinya kesatu tingkat tertentu yang tidak
mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia. Oleh sebab itu perlu adanya
investigasi dalam rumah warga untuk menekan jumlah tikus, juga untuk mengetahui
apakah tikus tersebut mengandung Leptospirosis
maupun PES.
B.
TUJUAN
1.
Untuk mengidentifikasi atau mengetahui
ciri-ciri khas dari tikus berdasarkan jenis dan habitatnya.
2.
Untuk mengetahui jenis makanan kesukaan
tikus, dalam mempermudah proses trapping.
3.
Untuk mengetahui keberadaan atau habitat
tikus.
4.
Untuk mengetahui keberadaan adanya ektoparasit
pada tikus.
C.
TINJAUAN
PUSTAKA
Binatang pengerat dapat
diklasifikasikan menjadi dua, rodent domestik dan rodent liar. Rodent domestic
merupakan binatang pengerat yang kehidupannya berhubungan erat dengan kehidupan
manusia dan sering menimbulkan masalah besar bagi kesehatan masyarakat. Contoh
dari rodent domestik adalah tikus loteng, tikus Norwegia, dan tikus rumah.
Sedangkan contoh rodent liar antara lain Tatera
indica, Bandicota bengalensis varius, Bandicota indica, Millardia meltada,
Millardia gleadowi, Mus booduga. (Chandra, Budiman. 2005). Indera
penglihatan tikus rumah kurang berkembang dengan baik bila dibandingkan dengan
kemampuan indera lainnya. Selain itu tikus rumah memiliki kemampuan memanjat
dan mengerat yang sangat baik (Priyambodo 2003). Menurut Kalshoven (1981),
tikus mampu memanjat dinding dan batang tanaman, selain itu tikus memiliki
kemampun untuk meloncat secara horizontal sejauh 3 meter dan meloncat dari
ketinggian 4 meter.
Secara garis besar pengendalian
tikus dapat dikelompokkan kedalam beberapa metode pengendalian antara lain :
Pengendalian secara kultur teknis, fisik mekanik, biologi, dan kimia. Menurut
Armstrong (2003) pengendalian tikus rumah di permukiman dilakukan dengan
mengombinasikan beberapa teknik pengendalian antara lain memodifikasi
lingkungan atau sanitasi, penggunaan perangkap dan penggunaan umpan beracun
(rodentisida). Modifikasi lingkungan atau sanitasi lingkungan merupakan
pengendalian jangka panjang, sedangkan penggunaan perangkap dan umpan beracun
merupakan pengendalian jangka pendek (Sullivan 2002). Elemen penting yang harus
diperhatikan untuk mengendalikan tikus di permukiman agar efektif adalah
sanitasi lingkungan sekitar, konstruksi bangunan terhadap keberadaan tikus dan
monitoring populasi tikus di sekitar permukiman (Salmon et al 2003).
Program
pengendalian untuk penyakit bawaan vektor harus dipergencar selama periode
darurat dan rehabilitasi, khususnya di wilayah yang penyakit semacam itu
diketahui bersifat endemic. Beberapa keprihatinan khusus dalam situasi darurat
adalah leptospirosis dan demam gigitan tikus, dan pes (pinjal). Upaya
pengendalian vektor harus dihubungkan dengan upaya kesehatan lain. (Fauziah,
Munaya. 2003).
D.
ALAT
DAN BAHAN
1. Alat
a.
Kunci identifikasi tikus (genera rattus)
b.
Tabel deskripsi tikus (family muridae)
c.
Spuit
d.
Rat trap/cage trap (perangkap tikus
hidup)
e.
Mistar 50 cm dan 30 cm
f.
Timbangan
g.
Kantong plastic volume 50 gr
h.
Sisir tikus/sikat sepatu
i.
Alat tulis
2. Bahan
a.
Insektisida aerosol
b.
Chloroform
c.
Umpan tikus (ikan asin, ikan lele,
kelapa bakar, roti)
d.
Tikus hidup
E.
HASIL
Dari praktikum yang
telah dilakukan, di dapat 3 tikus untuk dilakukan identifikasi dan didapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Tikus
Pertama
TL (Total Length) : 263 mm
T (Tail) : 125 mm
HF (Hind Foot) : 35 mm
E (Ear) : 20 mm
Berat : 67,1 gr
Testis : 1
Warna Bulu : Atas : Coklat tua kelabu
Bawah : Coklat tua kelabu
Dari hasil dentifikasi yang telah
dilakukan maka dapat diketahui bahwa tikus yang termasuk dalam ciri-ciri
tersebut berjenis Rattus Rattus atau
tikus rumah. Selain itu tidak ditemukan pinjal pada tikus tersebut sehingga
dapat dikatakan bahwa pinjal = (-).
2. Tikus
Kedua
TL (Total Length) : 330 mm
T (Tail) : 170 mm
HF (Hind Foot) : 28 mm
E (Ear) : 23 mm
Berat : 102,2 gr
Testis : 1
Warna Bulu : Atas : Coklat tua kelabu
Bawah : Putih kelabu
Dari hasil dentifikasi yang telah
dilakukan maka dapat diketahui bahwa tikus yang termasuk dalam ciri-ciri
tersebut berjenis Rattus
argentiventer atau tikus kebun atau sawah. Selain itu tidak
ditemukan pinjal pada tikus tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa pinjal =
(-).
3. Tikus
Ketiga
TL (Total Length) : 350 mm
T (Tail) : 190 mm
HF (Hind Foot) : 35 mm
E (Ear) : 14 mm
Berat : 141 gr
Testis : 1
Warna Bulu : Atas : Coklat tua kelabu
Bawah : Coklat tua kelabu
Dari hasil dentifikasi yang telah
dilakukan maka dapat diketahui bahwa tikus yang termasuk dalam ciri-ciri
tersebut berjenis Rattus Rattus atau
tikus rumah. Selain itu tidak ditemukan pinjal pada tikus tersebut sehingga
dapat dikatakan bahwa pinjal = (-).
F.
PEMBAHASAN
Dari percobaan yang telah dilaksanakan
yakni menjebak tikus dengan menggunakan umpan ikan asin,
roti, tahu, tempe dapat diketahui
bahwa ikan asin dan tahu tempe merupakan umpan yang paling disukai sedangkan
roti kurang begitu disukai.
Percobaan yang dilaksanakan di daerah Pucungan RT 02 RW
05 Grogolan ini didapatkan tikus sebanyak 6 ekor dari 20 pit trap yang dipasang
dengan metode sampling atau zigzag. Tikus yang didapat
kemudian dibawa ke laboratorium untuk dimatikan dengan cara pembiusan
menggunakan chloroform, waktu yang
dibutuhkan untuk membunuh tikus kurang lebih memakan waktu sampai 20 menit. Kemudian
dilakukan identifikasi, penyisiran dan pengukuran baik TL (Total Length), T (Tail),
HF (Hind Foot), E (Ear) dan M (Mammae). Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan, didapatkan
hasil identifikasi sebagai berikut:
1. Tikus
Pertama
TL (Total Length) : 263 mm
T (Tail) : 125 mm
HF (Hind Foot) : 35 mm
E (Ear) : 20 mm
Berat : 67,1 gr
Testis : 1
Warna Bulu : Atas : Coklat tua kelabu
Bawah : Coklat tua kelabu
2. Tikus
Kedua
TL (Total Length) : 330 mm
T (Tail) : 170 mm
HF (Hind Foot) : 28 mm
E (Ear) : 23 mm
Berat : 102,2 gr
Testis : 1
Warna Bulu : Atas : Coklat tua kelabu
Bawah : Putih kelabu
3. Tikus
Ketiga
TL (Total Length) : 350 mm
T (Tail) : 190 mm
HF (Hind Foot) : 35 mm
E (Ear) : 14 mm
Berat : 141 gr
Testis : 1
Warna Bulu : Atas : Coklat tua kelabu
Bawah : Coklat tua kelabu
Dari
tikus yang telah diidentifikasi telah diketahui bahwa tikus pertama berjenis
tikus rumah, tikus kedua termasuk tikus sawah dan tikus ketiga merupakan tikus
rumah. Semua tikus yang telah diidentifikasi tidak ditemukan pinjal ketika
dilakukan proses penyisiran. Hal ini berarti tikus tersebut tidak berpotensi
menularkan penyakit pes. Tidak ditemukannya pinjal pada tikus dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, salah satunya faktor lingkungan/habitat yang bersih.
Selain
itu, dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jumlah tikus
pada desa Pucangan RT 02 RW 05 Grogolan tidak berjumlah banyak, terbukti dari
20 pit trap yang terpasang hanya 6 trap yang mampu menangkap tikus. Tentu
jumlah tikus harus tetap ditekan sampai tidak menimbulkan bahaya bagi manusia,
langkah yang dapat dilakukan untuk menekan jumlah tikus di perumahan adalah
dengan :
1. Menggunakan
pengusir tikus baik masih secara tradisional maupun sudah menggunakan alat
elektrik.
2. Menggunakan
perangkap tikus.
3. Pembersihan
rumah secara berkala terutama daerah rumah yang kemungkinan dapat digunakan
sebagai rumah untuk tikus seperti pada gudang, got, loteng dan sebagainya
G.
KESIMPULAN
1. Dari
praktikum trapping yang sudah dilakukan dalam pemasangan 20 pit trap hanya
mendapatkan 5 tikus.
2. Umpan
yang sering dimakan tikus saat trapping adalah ikan asin, tahu dan tempe,
sedangkan roti kurang diminati oleh tikus.
3. Jenis
tikus yang berhasil dijebak dan diidentifikasi adalah tikus rumah 2 ekor dan
tikus got 1 ekor.
4. Tikus
lebih sering dijumpai di tempat-tempat yang kotor, karena habitat mereka lebih
senang di tempat-tempat yang terabaikan dan kurang terawat seperti di dapur dan
gudang, parit (got), atau mungkin juga di loteng.
5. Tikus
bisa menularkan penyakit Pes, Leptospirosis dll.
6. Daerah
Pucangan RT 02 RW 05 Grogolan Kartasura termasuk daerah dengan jumlah tikus
yang sedikit, terbukti dari 20 pit trap yang digunakan hanya 6 yang tertangkap.
DAFTAR
PUSTAKA
Armstrong JB. 2003. Controlling rats and mice around your home.
(Online) ANR 688. http://www.aces.edu. Diakses pada 30 April 2015 pukul 18.00 WITA.
Chandra,
Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan
Lingkungan. Jakarta: EGC.
Fauziah, Munaya. 2003. Bencana Alam Perlindungan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC.
Kalshoven
LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. [terjemahan]. Van der Laan. Jakarta : PT Ichtiar
Baru – Van Hoeve.
Priyambodo
S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu ed ke-3. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Salmon TP, Marsh RE, Timm RM. 2003. Rats integrated pest
management in the home and landscape.(online)
http://www.ipm.ucdavis.edu. Diakses pada 30 April 2015 puku 18.23 WITA.
Sullivan LM. 2002. Roof rat control
around homes and other structures. (Online) http : //ag.arizona.edu/pubs/insects/az1280.pdf.
diakses pada 30 april 2015 pukul 18.10 WITA.
No comments:
Post a Comment