BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alam tidak pernah tetap,
tetapi selalu berubah. Perubahan yang terjadi selalu direspon oleh komponen
sistem lainnya sehingga alam kembali dalam kesetimbangan baru. Namun demikian sejak meningkatnya aktifitas
manusia dalam mengelola lingkungan dengan munculnya revolusi industri, beban
yang diterima alam terutama dari bahan buangan industri dan efek ikutannya
telah membawa dampak yang cukup besar bagi kehidupan di bumi. Berbagai
aktifitas manusia di bidang industri maupun akibat penambahan populasi telah
menambah beban berat bumi. Alih fungsi lahan hutan untuk berbagai peruntukan,
pembuangan sampah menjadi polutan dan pembuangan gas buang telah mengakibatkan kenaikan
suhu rata-rata bumi. Pada saat ini, bumi menghadapi pemanasan yang tinggi yang
disebut dengan global warming.
Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu
bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas
lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer
semakin banyak mengandung gas-gas rumah kaca ini, atmosfer semakin menjadi
insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke
bumi (Yasuhiro, 2007).
Global warming sudah
sejak lama terjadi karena peningkatan lapisan gas yang menyelimuti bumi dan
berfungsi sebagai lapisan seperti rumah kaca. Gas rumah kaca terdiri atas CO2
(55%), sisanya berupa NOx, SO2, O3, CH4
dan uap air. Lapisan tersebut menyebabkan terpantulnya kembali sinar panas
infra merah A yang datang bersama sinar matahari, sehingga panas bumi mencapai
130C. Semakin besar gas rumah kaca, akan semakin meningkatkan suhu
bumi. CO2 di atmosfer saat ini mencapai 300 ppm dan diperkirakan
akan meningkat menjadi 600 ppm pada 2060 akibat berbagai aktifitas alamiah dan
diperparah dengan aktifitas manusia (Yasuhiro, 2007).
Berbagai kajian ilmiah
memperlihatkan bahwa pemanasan global telah memicu perubahan iklim global. Perubahan iklim adalah suatu proses yang
panjang dan megandung kompleksitas yang tinggi sehingga sangat sulit diprediksi
dengan tepat. Dampak perubahan iklim telah mulai dirasakan, seperti kenaikan
temperature permukaan bumi, kenaikan muka air laut dan memicu peningkatan
frekuensi kejadian cuaca dan iklim ekstrim yang berdampak kepada peningkatan
kejadian berbagai bencana hidrometeorologis (banjir, kekeringan, badai, dan
sebagainya). Untuk mengurangi dampak yang terjadi akibat perubahan iklim diperlukan berbagai upaya adaptasi yang perlu
dirumuskan secara seksama.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian adaptasi perubahan iklim ?
2.
Apa penyebab perubahan iklim ?
3.
Apa saja jenis adaptasi ?
4.
Bagaimana langkah-langkah adaptasi terhadap perubahan iklim ?
5.
Apa saja dampak perubahan iklim ?
6.
Bagaimana upaya adaptasi perubahan iklim ?
C. Tujuan
1. Mampu mendeskripsikan adaptasi perubahan iklim
2. Mampu menganalisis penyebab terjadinya perubahan iklim
3. Mampu mendeskripsikan jenis-jenis adaptasi
4. Mampu mendeskripsikan langkah-langkah adaptasi terhadap
perubahan iklim
5. Mampu menganalisis dampak dari perubahan iklim
6. Mampu mendeskripsikan upaya adaptasi perubahan iklim
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian Adaptasi Perubahan Iklim
Istilah “adaptasi” mengacu pada
penyesuaian bahwa suatu komunitas atau ekosistem membuat sesuatu guna membatasi
dampak negatif perubahan iklim atau untuk memanfaatkan peluang yang disediakan
oleh perubahan
iklim. Adaptasi dapat berupa seorang petani menanam tanaman
yang lebih tahan kondisi kering, minim air, hingga masyarakat pesisir
mengevaluasi bagaimana cara terbaik melindungi infrastruktur akibat kenaikan
permukaan laut (Danial, 2008).
Iklim
adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah dalam jangka waktu yang
relatif lama. Iklim juga didefinisikan sebagai berikut :
1.
Sintesis
kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup
dapat untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda
dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979)
- Konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Glenn T. Trewatha, 1980)
- Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin, kelembaban, yang terjadi di suatu daeraha selama kurun waktu yang panjang (Gibbs, 1978).
Perubahan iklim adalah terjadinya perubahan kondisi
atmosfer, seperti suhu, dan cuaca yang menyebabkan suatu kondisi yang tidak
menentu. Perubahan ini sangat berdampak luas bagi kehidupan manusia dalam
berbagai sektor . Perubahan iklim juga dapat dikatakan sebagai, keadaan dimana
temperatur di bumi mengalami kenaikan dan pergeseran musim. Kenaikan temperatur
ini akan menyebabkan terjadinya pemuaian massa air dan permukaan air laut.
Menurut IPCC (2001) menyatakan bahwa perubahan iklim
merujuk pada variasi rata-rata kondisi iklim suatu tempat atau pada
variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang
(biasanya dekade atau lebih). Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim
meungki terjadi karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau
ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer atau tata guna
lahan.
Adaptasi perubahan iklim adalah cara penyesuaian yang dilakukan secara
spontan atau terencana untuk memberikan reaksi terhadap perubahan iklim yang
diprediksi atau yang sudah terjadi (Permenkes RI No 1018/Menkes/Per/V/2011).
Menurut Soerjani (2007), adaptasi terhadap perubahan iklim adalah salah satu
cara penyesuaian yang dilakukan secara spontan maupun terencana untuk
memberikan reaksi terhadap perubahan iklim. Dengan demikian adaptasi terhadap
perubahan iklim merupakan strategi yang diperlukan pada semua skala untuk
meringankan usaha mitigasi dampak.
Upaya adaptasi bertujuan untuk mengurangi kerentanan sosial-ekonomi dan
lingkungan yang bersumber dari perubahan iklim, meningkatkan daya tahan (resilience) masyarakat dan ekosistem,
sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (mengentaskan
kemiskinan).
B.
Penyebab
Perubahan Iklim
Menurut Hidayati, (2001) Aktivitas manusia merupakan
penyebab utama terjadinya perubahan iklim. Selain itu pertambahan populasi
penduduk dan pesatnya pertumbuhan teknologi dan industri ternyata juga
memberikan kontribusi besar pada pertambahan GRK (Gas Rumah Kaca). Akibat jenis
aktivitas yang berbeda-beda, maka GRK yang dikontribusikan oleh setiap negara
ke atmosfer pun porsinya berbeda-beda. Ada banyak kejadian yang dapat
menyebabkan perubahan iklim. Penyebab-penyebab tersebut adalah :
1.
Kehutanan
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan luas hutan
terbesar, yaitu 120,3 juta hektar. Sekitar 17% dari luasan tersebut adalah
hutan konservasi dan 23% hutan lindung, sementara sisanya adalah hutan produksi
(FWI/GFW, 2001). Namun dari tahun ke tahun luas hutan berkurang. Hal ini
disebabkan oleh penebangan liar atau juga kebakaran hutan (disengaja ataupun
tidak disengaja). Padahal hutan sangat berperan sebagai penyerap CO2
dan penghasil O2. Dengan kemampuan hutan tersebut dapat mengurangi
kadar GRK di udara.
2.
Pemanfaatan
Energi Bahan Bakar Fosil
Saat ini kehidupan manusia sangat tergantung pada energi listrik dan bahan
bakar fosil. Ketergantungan tersebut sangat berdampak buruk bagi kehidupan umat
manusia. Penggunaan energi fosil seperti, minyak bumi, batu bara, dan gas alam
dalam berbagai kegiatan akan memicu bertambahnya emisi GRK di atmosfer.
3.
Pertanian
dan Peternakan
Sektor pertanian juga berperan banyak terhadap meningkatnya emisi GRK,
khususnya gas metana (CH4) yang dihasilkan dari sawah yang
tergenang. Berdasarkan penelitian sektor pertanian menghasilkan emisi gas
metana tertinggi di banding sektor-sektor lainnya. Sektor peternakan juga tidak
kalah dalam mengemisikan GRK, hal tersebut dikarenakan kotoran ternak yang
membusuk akan melepaskan gas metana ke atmosfer.
4.
Sampah
Sampah turut mengasilkan emisi GRK berupa gas metana walaupun dalam
jumlah yang cukup kecil. Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan sekitar
50 kg gas metana. Kegiatan manusia selalu menghasilkan sampah. Sampah merupakan
masalah besar yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia. Data dari
Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan bahwa pada
tahun 1995 rata-rata orang di perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah 0,8 kg
per hari dan terus meningkat hingga 1 kg per orang per hari pada tahun 2000.
C.
Jenis Adaptasi
Adaptasi
terbagi atas tiga jenis yaitu:
1.
Adaptasi Morfologi, adalah penyesuaian bentuk tubuh
makhluk hidup atau alat-alat tubuh makhluk hidup terhadap lingkungan tempat
tinggalnya. Adaptasi Morfologi dapat dilihat dengan jelas.
a.
Contoh adaptasi morfologi pada manusia : Kulit manusia
akan menghitam jika berada di tempat panas dan Rambut manusia akan beruban jika
sudah lansia.
b.
Contoh adaptasi morfologi pada hewan : Bebek mempunyai
selaput pada kakinya karena dia mencari makan di tempat yang berair.
2.
Adaptasi Fisiologi, adalah penyesuaian fungsi alat
tubuh suatu makhluk hidup terhadap keadaan lingkungannya. Karena pada adaptasi
fisiologi menyangkut tentang fungsi organ-organ bagian dalam tubuh makhluk
hidup dengan lingkungannya. Seperti fungsi jantung manusia untuk beradaptasi
dengan daerah tinggi.
a.
Contoh adaptasi fisiologi pada manusia : Mata
manusia dapat menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang diterimanya. Ketika di
tempat gelap, maka pupil kita akan membuka lebar. Sebaliknya di tempat yang
terang, pupil kita akan menyempit. Melebar atau menyempitnya pupil mata adalah
upaya untuk mengatur intensitas cahaya.
b.
Contoh adaptasi Fisiologi pada Hewan : Hewan onta
yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum
di padang pasir dalam jangka waktu yang lama.
3.
Adaptasi Tingkah Laku, adalah cara makhluk hidup
beradaptasi dengan lingkungannya dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, Bunglon
mengubah warna tubuhnya sesuai dengan lingkungannya adar lebih mudah
mendapatkan mangsanya.
D.
Langkah-langkah adaptasi terhadap
perubahan iklim
Menurut Soerjani (2007) Langkah-langkah
adaptasi terhadap perubahan iklim meliputi:
1.
Mendapatkan orang dan pihak yang tepat untuk terlibat
dalam proses partisipatif. Hal ini didasari pada adaptasi perubahan iklim yang
yang harus dilakukan secara terintegrasi dalam rencana dan program pembangunan.
Dengan demikian, orang dan pihak yang terlibat; misalnya pemerintah, industri,
masyarakat adat, masyarakat pesisir, NGOs; perlu duduk bersama membicarakan
langkah-langkah yang ditempuh untuk beradaptasi dengan perubahan iklim dan menghasilkan
keputusan melalui proses yang konprehensif.
- Mengidentifikasi kerentanan, meliputi risiko saat ini dan risiko potensial yang mungkin ditimbulkan. Setelah menentukan orang dan pihak terkait, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi risiko dan ancaman perubahan iklim, baik risiko saat ini maupun risiko jangka panjang.
- Penilaian kapasitas adaptasi. Hal ini berkaitan dengan properti yang dimiliki oleh pihak-pihak terkait dalam proses adaptasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim. Penilaian kapasitas adaptasi ini penting untuk mengurangi risiko akibat perubahan iklim.
- Mengidentifikasi pilihan-pilihan adaptasi. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi pilihan-pilihan adaptasi yang mungkin dilakukan berdasarkan analisis risiko dan penilaian kapasitas adaptasi.
- Mengevaluasi pilihan. Jika pilihan-pilihan adaptasi sudah teridentifikasi, maka opsi-opsi tersebut perlu dipilih berdasarkan efektivitas, kemudahan dalam implementasi, penerimaan dari masyarakat lokal, dukungan dari ahli dan dampak sosial yang ditimbulkan.
- Implementasi. Tahap implementasi adalah tahap pelaksanaan pilihan adaptasi yang telah diputuskan untuk diambil dalam menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.
- Monitor dan mengevaluasi adaptasi. Tahap terakhir adalah monitor pelaksanaan implementasi dan melakukan evaluasi atas pilihan adaptasi. Karena proses adaptasi adalah proses yang terus berjalan, dipenuhi dengan variabilitas dan cost yang ditimbulkan sulit untuk diperhitungkan atau diprediksi, maka monitor dan evaluasi pilihan adaptasi perlu dilakukan.
E.
Dampak
Perubahan Iklim
Perubahan
iklim akan memberikan dampak yang sangat besar pada berbagai sektor,
diantaranya:
1.
Dampak Perubahan Iklim terhadap
Sektor Pertanian
Perubahan iklim akan menyebabkan
pergeseran musim, sehingga musim kemarau menjadi lebih panjang. Hal ini akan
menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Sehingga
Indonesia harus mengimpor beras dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhannya.
Secara otomatis, produktivitas di bidang pertanian juga akan menurun.
2.
Dampak Perubahan Iklim terhadap
Kenaikan Muka Air Laut
Kenaikan temperatur menyebabkan es
dan gletser di Kutub Utara dan Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan
terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini
membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan
terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan. Sehingga akan menurunkan
produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir
pantai. Kenaikan muka air laut akan menyebabkan hancurnya tambak-tambak ikan di
beberapa daerah, juga dapat merusak terumbu karang yang ada di laut Indonesia.
3.
Dampak Perubahan iklim terhadap
Ekosistem
Meningkatnya tingkat keasaman dari
laut karena bertambahnya karbondioksida di atmosfer akan membawa dampak negatif
pada organisme-organisme laut. Misalnya, hilangnya jenis flora dan fauna
khususnya di Indonesia.
4.
Dampak Perubahan iklim terhadap
Sumber Daya Air
Pada pertengahan abad ini, rata-rata
aliran air sungai dan kelestarian air di daerah sub polar serta daerah tropis
basah diperkirakan akan meningkat sebanyak 10-40%. Sementara di daerah
subtropis dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang sebanyak 10-30%
sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin
parah kondisinya.
5.
Dampak Perubahan iklim terhadap
Kesehatan
Frekuensi timbulnya penyakit seperti
malaria dan demam berdarah akan meningkat. Penduduk dengan kapasitas
beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta
berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai
serangga dan hewan.
6.
Dampak Perubahan iklim terhadap
Sektor Lingkungan
Dengan lingkungan yang rusak, alam
akan lebih rapuh terhadap perubahan iklim. Apabila terjadi curah hujan yang
cukup tinggi akan berpotensi menimbulkan bencana alam seperti banjir dan tanah
longsor.
F.
Upaya Adaptasi
Perubahan Iklim di Indonesia
Tabel 1
Upaya Adaptasi Perubahan Iklim di Indonesia
Bidang
|
Reaktif/Responsif
|
Proaktif/Antisipatif
|
Sumber
Daya Air
|
· Perlindungan
sumber daya air tanah
· Perbaikan
manajemen dan pemeliharaan sistem penyediaan air yang ada
· Perlindungan
daerah tangkapan air
· Perbaikan
penyediaan air
· Air tanah,
penampungan air hujan dan desalinasi
|
·
Penggunaan yang lebih baik dari air yang didaur
ulang
·
Konservasi daerah tangkapan air
·
Perbaikan sistem manajemen air
·
Reformasi kebijakan air termasuk kebijakan harga dan irigasi
·
Pengembangan pengendalian banjir dan pengawasan
kekeringan
|
Pertanian
|
·
Pengendalian erosi
·
Konstruksi bendungan untuk irigasi
·
Perubahan penggunaan dan aplikasi pupuk
·
Pengenalan jenis tanaman baru
·
Pemeliharaan kesuburan tanah•
·
Perubahan waktu penanaman dan panen
·
Peralihan ke tanaman yang berbeda
·
Program pendidikan dan penyebaran informasi tentang
konservasi dan manajemen tanah dan ai
|
· Pengembangan
jenis tanaman yang toleran/resistan (terhadap kekeringan, garam,
serangga/hama)
· Litbang
· Manajemen
tanah dan air
· Diversikasi
dan intensifi
kasi tanaman pangan dan perkebunan
· Kebijakan,
insentif pajak/subsidi, pasar bebas
· Pengembangan
sistem peringatan din
|
Kehutanan
|
·
Perbaikan sistem manajemen, termasuk
pengaturan deforestasi,
reforestasi dan aforestasi
·
Promosi agroforestry untuk meningkatkan produk dan
jasa kehutanan
·
Pengembangan/perbaikan rencana manajemen kebakaran
hutan
·
Perbaikan penyimpanan karbon oleh hutan
|
·
Penciptaan taman/ reservasi, cagar alam, dan koridor
keanekaragaman hayati
·
Identifikasi/pengembangan spesies yang resistan
terhadap perubahan iklim
·
Kajian yang lebih baik akan kerentanan ekosistem
·
Pengawasan spesies
·
Pengembangan dan pemeliharaan bank bibit tanaman
·
Sistem peringatan dini kebakaran hutan
|
Pesisir/
Bahari
|
·
Perlindungan infrastruktur ekonomi
·
Penyadaran publik untuk meningkatkan perlindungan
ekosistem pesisir dan laut
·
Pembuatan dinding laut dan penguatan pantai
·
Perlindungan dan konservasi terumbu karang,
mangrove, rumput laut, dan vegetasi pinggir pantai
|
· Manajemen
zona pesisir yang terintegrasi
· Perencanaan
dan penentuan zona pesisir yang lebih baik
· Pengembangan
peraturan untuk perlindungan pesisir
· Penelitian
dan pengawasan pesisir dan ekosistem pesisir
|
Kesehatan
|
·
Reformasi manajemen kesehatan publik
·
Perbaikan kondisi perumahan dan tempat tinggal
·
Perbaikan respons gawat darurat
|
· Pengembangan
sistem peringatan dini
· Pengawasan
penyakit yang lebih baik
· Perbaikan
kualitas lingkungan
· Perubahan
desain perkotaan dan perumahan
|
G.
Kegiatan Adaptasi
1.
Terhadap kekeringan
a. Meningkatkan
resapan air dengan cara membuat sumur resapan, kolam resapan, pengembangan
embung/kolam, lubang biopori.
b. Perlindungan
mata air, dengan cara memelihara mata air, pembersihan mata air, penanaman
pohon disekitar mata air.
c. Penghematan
penggunaan air, dengan cara penggunaan kembali air, menggunakan shower untuk
mandi
2. Terhadap
bencana banjir
a. Membuat/memelihara
saluran drainase, kanal, rumah pompa, pengerukan saluran
b. Meninggikan
struktur bangunan
c. desain
rumah panggung
3. Terhadap
bencana longsor / erosi
a. Membuat
terasering untuk lahan yang miring dan cukup luas
b. Pemeliharaan
daerah hulu dan rehabilitasi lahan di daerah hulu
4. Terhadap
gagal tanam dan gagal panen,
a. Mengimplementasikan
dan mengaplikasikan system pola tanam dan pengaturan sistem irigasi.
b. Melakukan
praktik pertanian dengan membudidayakan tanaman semusim, peternakan, perikanan,
perkebunan, kehutanan.
c. Melakukan
penganekaragaman tanaman dengan cara tumpang sari
d. Melakukan
pengelolaan lahan dan pemupukan dengan cara menanam padi hemat air, pengelolaan
lahan tanpa bakar dan pemanfaatan sampah organik untuk melakukan pemupukan
e. Melakukan
pemuliaan tanaman, dengan cara penyilangan spesies tanaman untuk menghasilkan
varietas yang tahan perubahan iklim
f.
Memanfaatkan lahan pekarangan menjadi
apotik hijau dan lumbung hidup untuk pemenuhan kebutuhan pangan.
5. Terhadap
kenaikan muka air laut, rob dan interusi/abrasi air laut, gelombang,
a. Memelihara
dan merehabilitasi daerah pantai dengan cara penanaman vegetasi pantai seperti
pohon ketapang, casuarina sp, gumuk pasir dan penanaman mangrove
b. Membangun
struktur/bangunan pemecah ombak, terumbu buatan, pintu air pasang
c. Modifikasi
desain bangunan dengan cara meninggikan bangunan, rumah panggung
d. Melakukan
relokasi pemukiman menjauhi pantai
e. Melakukan
pengembangan teknologi penyulingan air laut
6. Terhadap
masalah sanitasi lingkungan dan kesehatan
a. Pengendalian
vektor nyamuk dan tikus dengan cara melaksanakan 3M, mencegah adanya genangan
air memasukan ikan dalam kolam / pot tanaman, mengoptimalkan juru pemantau
jentik
b. Mengembangkan
desa siaga untuk menerapkan sistem kewaspadaan dini untuk mengantisipasi
terjadinya penyakit akbiat perubahan iklim seperti diare, malaria, DBD
c. Menciptakan
masyarakat berprilaku hygine dengan memiliki rumah yang sehat, tersedia akses
air bersih, tersedia akses jamban
d. Meningkatkan
pola hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat dengan melakukan kebiasaan makan
menu seimbang, mencuci tangan dengan sabun, melakukan pengelolaan sampah,
membersihkan lingkungan secara rutin. (BLHD Cianjur, 2013)
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian diatas maka dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Upaya adaptasi harus dilakukan oleh mahluk hidup termasuk
manusia, hal ini dikarenakan alam selalu berubah ubah, baik disebabkan oleh
perubahan alam secara alami maupun karena aktifitas manusia. Upaya
adaptasi bertujuan untuk mengurangi kerentanan sosial-ekonomi dan lingkungan
yang bersumber dari perubahan iklim, meningkatkan daya tahan (resilience) masyarakat dan ekosistem,
sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
2. Penyebab
perubaha iklim yaitu karena jumlah hutan yang terus berkurang, pemborosan dalam
penggunaan bahan bakar fosil, pertanian, peternakan serta sampah yang terus
menumpuk.
3. Dampak
perubahan iklim dapat dirasakan pada seluruh aspek kehidupan baik sosial,
ekonomi, kesehatan dan lingkungan, dimana perubahan tersebut sangat merugikan
manusia seperti halnya global warmin yang mengancam populasi manusia.
B.
SARAN
1. Manfaatkanlah segala sesuatu secara efisien dan efektif terutama
dalam bidang penggunaan bahan bakar fosil dan penggunaan listrik.
2. Alam selalu berubah, semakin menua dan semakin rusak, semakin
banyak pula tantangan hidup bagi manusia terutama dalam kerusakan lingkungan
dan masalah kessehatan, baik langsung maupun tidak langsung mengancam kehidupan
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
BLHD
Cianjur, Jawa Barat. 2013. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim. (Online). http://blhd.cianjurkab.go.id/Berita/Mitigasi-dan-Adaptasi-Perubahan-Iklim.html.
Diakses pada tanggal 22 Oktober 2016
Danial.
C, 2008. Ancaman Hama Penyakit Padi dari Anomali Iklim. http://www.kompasonline.com.
(diakses: 22
Oktober 2016)
Gibbs W.J. (1987). Defining
Climate. WMO Bulletin no. 4 Vol. 36
Hidayati,
Rini. Masalah Perubahan Iklim di Indonesia Beberapa Contoh Kasus,
2001.
Intergovernmental
Panel on Climate Change [IPCC]. 2001. Climate Change 2001 : Impacts,
Adaptation, and Vulnerability, Summary for Policy Makers, Working Group 2
3rd Assessment Report, Draft., http://www.usgcrp.gov/ipcc/html/specrep.html.
Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
Nomor 1018/Menkes/Per/V/2011 tentang Strategi Adaptasi Sektor Kesehatan Terhadap Dampak
Perubahan Iklim
Soerjani, Yuwono,Arief dan
Fardiaz, Dedi. 2007. Lingkungan Hidup, Pendidikan Lingkungan
Hidup dan Kelangsungan Pembangunan, Jakarta:
Yayasan Institut Pendidikan dan Pengembangan Lingkungan
Trewartha, Glenn T.; Horn H. Lyle .1980. Introduction to Climate.
McGrwaw Hill International Book Company.
World Climate
Conference 12-23 February 1979: Geneva World Climate Conference, 1979. a
conference of experts on climate. Proceedings
Yasuhiro. 2007. “Which is
First Coming Us, Ice Age or Global Warming”. Makalah disampaikan Seminar Parallel Events Cop-13/CMP-3UNFCCC
oleh Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkngan Indonesia, 5 -6 Desember 2007.
Denpasar Bali.
No comments:
Post a Comment